TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Susilo Adinegoro, pendiri sekaligus pengajar di Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar menilai full day school yang mewajibkan anak belajar di sekolah hingga pukul 17.00 WIB memberikan teror psikologis bagi anak, bahkan saat ide tersebut baru sekedar wacana.
Ia menilai anak-anak yang menjalani masa sekolah selama ini tidak dilibatkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta oeang tua dalam pengambilan kebijakan.
Oleh karena wajar bila anak-anak akan terpukul psikologisnya ketika harus menjalankan kewajiban belajar yang tidak mereka inginkan.
"Sekarang bukan zamannya anak menjadi objek dalam pengambilan kebijakan di bidang pendidikan. Mereka juga harus diberi ruang untuk menyampaikan bentuk pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan," ujarnya kepada Tribunnews.com, Jumat (19/8/2016).
Sementara itu Retno Listyarti, guru sekaligus sekretaris jenderal Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan pengalamannya ketika mencoba mendiskusikan wacana full day school ini kepada anak didiknya.
Ia menceritakan bahwa anak-anak didiknya merasa syok mendengar wacana yang dilontarkan Mendikbud, Muhadjir Effendi tersebut.
"Mereka kesal dan mempertanyakan kapan mereka bisa bermain kalau sekolah sampai sore. Dari situ kita lihat anak-anak tidak menginginkan kebijakan tersebut," ceritanya.
Retno mengatakan agar Muhadjir berpikir matang-matang sebelum melontarkan pernyataan.
"Kalau sekedar pembicaraan tak resmi tidak apa-apa. Tapi kalau sudah sampai bocor ke publik bisa membuat anak-anak jadi malas sekolah," katanya.