TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak butuh dana banyak bagi kelompok teroris jaringan Nur Rohman untuk melakukan aksi terornya. Seperti diketahui, selain beraksi di Polresta Surakarta selanjutnya kelompok mereka akan beraksi di Bali.
Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Agus Rianto mengatakan dana untuk aksi teror di Solo dan Bali tidak sampai nominal Rp 5 juta.
"Dana terkait Solo dan Bali tidak banyak, hanya sekitar Rp 5 juta, kurang bahkan, hanya Rp 4.900.000. Ini pengiriman dana dari jaringan ini untuk aksi di dua lokasi," ujar Agus, Jumat (19/8/2016) di Mabes Polri.
Agus mengatakan Densus 88 Mabes Polri masih menelusuri apakah ada dana dari luar termasuk dari Suriah, atau hanya dari jaringan ini.
"Kan ada beberapa buku tabungan yang juga kami sita. Ini akan ditelusuri dananya dari kelompok ini sendiri atau dari jaringan lain," ungkapnya.
Pascateror bom bunuh diri di halaman Polresta Surakarta sehari sebelum Lebaran yang menewaskan Nur Rohman dan melukai seorang anggota Polri, Densus 88 terus melakukan pengusutan pada jaringan ini. Selang beberapa lama, ditangkap lima teroris kelompok Batam yang juga masih ada hubungannya dengan Nur Rohman.
Lalu, pada Senin (15/8/2016) lalu, Densus 88 mengamankan seorang terduga teroris yang adalah warga Lampung.
Terduga teroris itu yakni Dwiatmoko alias Abu Ibrahim Al Atsary, warga Dusun I Garejo RT 02 RW 01 Desa Bumi Raharjo Kec Bumi Ratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.
Dwiatmoko ditangkap di warnet miliknya, yakni Warnet Az-Zahra jalan Raya Punggur Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Keterlibatan Dwiatmoko yakni, terlibat bom bunuh diri Mapolresta Surakarta. Dan merupakan close contact Bahrun Naim yang telah siap bom dan akan melakukan amaliyah.
Selanjutnya bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan RI, Rabu (17/8/2016) kemarin Densus 88 Mabes Polri menangkap seorang teroris bernama Munir Kartono.
Penangkapan dilakukan pukul 09.15 WIB di Jalan Mercedes Benz, dekat Polsek Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Munir ditangkap karena masih ada kaitan dengan tersangka bom bunuh diri di Polresta Surakarta, Nur Rohman.
Dalam jaringan itu, Munir berperan mengirim sejumlah uang untuk teroris Ibrohim atau Dwiatmoko yang ditangkap di Lampung.
Uang ini digunakan untuk membelikan bahan material bom dan untuk biaya transportasi pengiriman bom yang dibawa oleh Ibrohim ke Nur Rohman.
Selain itu, peran lainnya dari Munir yakni mengatur pertemuan Ibrohim dengan Nur Rohman di Solo, Jawa Tengah. Munir ternyata merupakan anggota JAD, anak buah Aman Abdurahman, napi teroris di Lapas Nusakambangan. (tribun/theresia felisiani)