"Apa yang saya tahu, saya simpan untuk saya sendiri. Kalau Pak Maqdir, Pak Boyamin ingin membongkar kasus ini, silakan," katanya.
Sementara itu, pihak kepolisian diwawancarai juga dalam acara tersebut untuk diklarifikasi.
"Tidak ada tim lain (eksekutor lain). Waktu Pak Antasari minta bantuan Kapolri, ada yang meneror, Pak Antasari itu sudah kenal orang yang meneror lho. Berarti dia bohong sama Kapolri. Kapolri sudah membantu, tapi dibohongi. Ksatria lah, akuilah. Coba lihat, itu setingan pengacara semua itu. Anda wartawan selidiki lah, jangan cuma ke polisi aja dong," kata M Iriawan, mantan Dir Reskrimum Polda Metro Jaya.
Terkait dengan jawaban itu, Antasari menimpalinya dan tidak bersedia meralat keterangannya.
"Sekarang, yang bicara tadi itu siapa? M Iriawan, dia anggota mana? Wajar dong, kalau melindungi atasannya. Rani itu, caddy golf Nasrudin. Tidak pernah jadi caddy saya. Kalau ada bilang, Rani caddy saya, itu bohong besar," kata Antasari.
Salah satu kunci untuk menguak peristiwa ini adalah dengan dihadirkannya adik kandung Nasrudin Banjaran, Andi Syamsudin Iskandar.
Andi mengakui, dia memang sudah memberikan keterangan, yang dikutip oleh media massa, tapi maknanya berbeda.
"Jadi, saya katakan, kasus ini melibatkan orang besar dan kuat di negeri ini, bukan Pak Antasari," katanya, menolak menyebutkan siapa orang besar itu.
Nasrudin sendiri tewas dibunuh, sehingga menjerat sejumlah orang itu, termasuk salah satunya Antasari, tapi dalam kasus ini, Antasari hanya disebut sebagai orang yang berperan serta.
Andi menyebutkan, dia punya bukti rekaman percakapan dengan orang untuk menghabisi Antasari.
"Ada. Percakapan saya dengan orang-orang yang mengajak kolaborasi, sehingga Antasari tidak ada lagi ampunan," kata Andi.
Meski demikian, baik Andi dan Antasari sama-sama saling lempar untuk mengungkapkan, siapa sebenarnya orang yang telah menjadi otak dalam kasus pembunuhan berencana itu.
Antasari di bagian lain juga menyatakan, sebenarnya, Nasrudin datang kepadanya untuk melaporkan skandal yang melibatkan Nazaruddin, bendahara Partai Demokrat.
"Sasaran sebenarnya untuk dibunuh adalah saya, tapi malah salah sasaran," kata Antasari.