Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dvijatma Puspita Rahmani (16), siswi kelas X Mipa, SMAN 4 Bandung, Jawa Barat, harus menelan pil pahit lantaran dirinya tidak naik kelas hanya karena ikut olimpiade biologi dan sakit mata.
Ayah Puspita, Danny Daud Setiana (43) meminta bantuan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) untuk mendampinginya menemui Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) demi keadilan sang anak.
"Kami sampaikan ke FSGI dan dilakukan kajian, akhirnya dari hasil kajian memang ini layak untuk diangkat ke KPAI," ujar Daud, saat ditemui di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu (4/9/2016).
Ia pun membeberkan sejumlah diskriminasi yang diterima putri sulungnya tersebut.
Mulai dari hak anak yang ditindas hingga psikis sang anak yang tertekan.
Lelaki yang bekerja sebagai business consultant tersebut berharap pihak terkait bisa membantunya memperoleh jawaban.
"Kami mengharapkan pihak-pihak yang terkait untuk melakukan pengusutan, pengujian, pemeriksaan, saya mau tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan SMAN 4?" katanya.
Menurutnya, institusi pendidikan seharusnya bisa memberikan pendidikan melalui pengajaran penuh kasih sayang.
Sekjen FSGI Retno Listyarti membenarkan pernyataan yang diberikan Daud.
wanita berhijab tersebut menegaskan pihaknya akan meneruskan aduan kasus Puspita ke KPAI.
"Kami sudah memikirkan strategi, satu-satunya cara harus ke KPAI, kami meminta KPAI turun tangan," kata Retno.
Ia membocorkan, orangtua Puspita akan mendatangi KPAI, Senin (5/9/2016) besok.
"Besok pak Daud akan ke KPAI, menyampaikan surat yang sudah kami buat, kami juga akan menyampaikan kajian yang terkait dengan kasus ini agar KPAI segera cepat memutuskan," katanya.