"Namun baru saja tiga langkah, tiba-tiba bom meledak," katanya.
Setelah ledakan tersebut dirinya tidak tahu apa yang terjadi, sebelum kemudian ia terbangun dengan pandangan gelap.
Saat itu Iswanto mengaku hanya mendengar jeritan minta tolong dimana-mana.
Mencoba berdiri dengan meraba karena pandangannya gelap Iswanto kemudian memegang seluruh tubuhnya yang penuh luka dengan pakaian yang dikenakan telah compang-camping.
"Saya belum menyadari mata saya tidak bisa melihat, saya hanya merasa mata saya panas," katanya.
Satu jam kemudian ia mendapat pertolongan pertama dengan dibawa ke rumah Sakit MNC.
Namun, begitu tiba di rumah sakit, ia mengaku terlantar lantaran saking banyaknya pasien akibat bom saat itu.
Ia duduk di lorong dengan harapan cepat dipanggil dokter ataupun suster.
Setelah menunggu lama tidak juga mendapat repon dari petugas.
Ia kemudian menarik rok suster yang lewat didepannya.
Rok suster tersebut ditarik hingga terjatuh di depannya.
Saat suster tersebut melihat yang menarik roknya adalah korban bom dengan luka parah, akhirnya kemudian ia ditangani.
"Bapak ingat saudara bapak? ingat nomor telepon? Saya jawab, saya ingat," katanya.
Lantaran peralatan tidak memadai, Iswanto kemudian dirujuk ke Rumah sakit Aini.