News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramai Perdebatan di Medsos soal Impor Cangkul dari China, Benarkah? Ini Penjelasan Pemerintah

Penulis: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi cangkul.

"Seperti Rusunawa, Nissin, Sidomuncul yang ambil di saya kebanyakan yang cangkul China. Tapi kalau perumahan itu cangkul biasa," ujar dia.

Selain cangkul China dan cangkul pabrikan dalam negeri, sebut dia, ada juga cangkul yang dibuat oleh industri rumah tangga, yakni yang dibuat oleh para pandai besi. Jenis cangkul ini juga lebih kuat dari cangkul pabrikan lokal dan lebih disukai oleh para petani.

"Harganya di atas pacul pabrikan Indonesia, tapi banyak yang suka," katanya.

Berbeda dengan Sri, penjual cangkul lainnya di Pasar Babadan, Ika Susanti justru menjual cangkul asal China yang kualitasnya jauh di bawah cangkul buatan lokal.

Ika menjual cangkul buatan China Rp 40.000, sedangkan cangkul lokal bisa mencapai Rp 70.000 per buah.

Pembeli jenis cangkul lokal ini, kata Ika, kebanyakan adalah dari kalangan tukang bangunan dan rumah tangga.

"Kalau di tempat saya lebih mahal yang lokal. Yang lokal kayak gini kan tebal-tebal mas, RP 70.000 sudah termasuk murah. Kalau yang tipis-tipis paling buat praktik di sekolah, buat SMK-SMK pertanian itu to," ujar Ika, saat ditemui pada Selasa (1/11/2016) siang.

Senada dengan Ika, penjual alat pertanian lainnya di Pasar Babadan, Sugeng Sujarwanto mengungkapkan, mata cangkul yang diimpor dari China yang dijual di kiosnya secara kualitas memang kurang bagus. Namun justru lebih laku daripada mata cangkul buatan lokal, karena harganya lebih murah.

"Kalau lokal, sambungan bajanya itu lebih keras daripada yang impor. Kalau laris ya laris yang murah, karena itu kadang cuma dipakai buat bangunan," kata Sugeng.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini