Radar AESA ini merupakan turunan dari radar AESA AN/APG-77 (F-22), AN/APG-80 (F-16 Block 60), dan AN/APG-81 (F-35). SABR terpilih menjadi platform radar Viper karena kemampuannya yang terdepan dan biaya perawatannya yang paling efisien.
Efisiensi dan penghematan lainnya, akan didapat oleh operator Viper karena F-16V memiliki umur penggunaan yang panjang, yakni 12.000 jam terbang, meningkat dari umur rata-rata F-16 yang 8.000 jam terbang.
Randall menambahkan, keuntungan lain bila Indonesia mengoperasikan Viper adalah ketersediaan dukungan F-16 yang sangat luas di seluruh dunia.
Dengan produksi yang sangat banyak, 3.300 unit saat ini beroperasi, tidak ada kekhawatiran Indonesia untuk tidak mendapatkan suku cadang F-16. Demikian jua dengan syarat ofset atau transfer teknologi, Lockheed Martin akan memberikannya kepada Indonesia.
“Perlu Anda ketahui, untuk ofset dan transfer teknologi, Lockheed Martin adalah yang terbesar melakukan hal itu dengan nilai mencapai 45 miliar dolar AS di seluruh dunia. Tidak ada perusahaan lain yang bisa menandingi,” tambah Howard.
Randall berpromosi, dibandingkan pesawat tempur mesin tunggal sekelasnya, F-16V adalah yang terunggul.
Pesawat ini terbang lebih cepat, membawa persenjataan lebih banyak, dan radius tempurnya paling jauh. Soal sebutan F-16 Viper dengan Block 70, hal itu dibenarkan oleh Howard.
“Ya betul, F-16 Block 70 adalah Viper yang menggunakan mesin buatan General Electric, sementara Block 72 adalah yang menggunakan mesin Pratt & Whitney,” ujarnya.
C-130J Super Hercules
Bersamaan dengan penawaran F-16 Viper, pihak Lockheed Martin juga memberikan penawaran untuk pesawat angkut militer C-130J Super Hercules yang di Indonesia masuk katagori angkut berat.
Pesawat ini merupakan varian terbaru dari keluarga Putra Dewa yang telah menjadi legenda hidup hingga saat ini sejak diproduksi tahun 1954.
Richard Johnston, Wakil Presiden Internasional Pengembagnan Bisnis Mobilitas Udara dan Misi Maritim Lockheed Martin, menyatakan, hingga saat ini total C-130 Hercules yang telah diproduksi di dunia mencapai 2.500 unit.
Pesawat ini digunakan di 60 negara dengan pencapaian total 30 juta jam terbang hingga saat ini.
Lockheed Martin menawarkan C-130J kepada Indonesia sebagai penambah kekuatan armada C-130 B/H/HS/L-100-30 yang sejak 1960 (varian B dan KC-130B) mengabdi di TNI AU serta terbukti kehandalannya.