News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Penerbang TNI AD Saat Operasi Mapenduma yang Jarang Diketahui Publik

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penerbad

SebuahHercules dikirim khusus untuk memindahkan heli ini beserta seluruh krunya. “Hercules itu hanya diisi sebuah heli, kami para kru dan sejumlah personel Satgas Rajawali untuk memperkuat operasi di Papua, umumnya dari 328 (Batalion Infanteri Linud 328 Kostrad),” ujar Eko. “Itu benar-benar penerbangan khusus,” kenangnya.

Hampir bersamaan dengan itu, dari Semarang dikirim heli tambahan ke Timika, juga diterbangkan dengan Hercules.

Saat itu, ingat Eko, Hercules menjadi tulang punggung utama dengan melakukan operasi jembatan udara secara besar-besaran. Menggeser personel beserta alat peralatan dari berbagai tempat ke Irian.

Satu hal yang dicatat Letkol CPN Eko Priyanto, perwira penerbang Puspenerbad, dari proses pergeserannya dari Baucau ke Timika adalah, prestasi Penerbad karena berhasil merakit dan menerbangkan tiga heli sekaligus dalam satu hari.

Di Bandara Timika mereka memanfaatkan fasilitas milik Airfast, sehingga secara tidak langsung Penerbad banyak terbantu.

Karena mendapat bantuan dari para teknisi Airfast, bahkan beberapa heli Bell-205 performanya menjadi lebih bagus.

“Mereka melakukan tracking sehingga 205 yang biasanya speed hanya sampai 100 knot, waktu itu bisa 110. Dalam waktu empat hari, sembilan heli sudah serviceable,” kata Eko.

Hingga saat itu sudah terkumpul empat Bell-412, lima Bell-205, satu BO-105, dan satu lagi Bell-412 milik Airfast sebagai back up. Sekitar satu bulan kemudian Satgas mendapat perkuatan satu unit heli SA-330 Puma milik TNI AU.

Boleh dikata sejak kedatangan seluruh helikopter di Timika, bandara yang menjadi basis operasi Airfast ini dijadikan posko utama Satgas.

Semua heli dan pasukan yang umumnya dari Kopassus sudah berkumpul di sini. Pada suatu hari Prabowo memberikan taklimat bahwa seluruh pasukan harus bersiap melaksanakan operasi pembebasan sandera jika dibutuhkan.

Disampaikan juga bahwa kelompok OPM ini membekali dirinya dengan senapan dan sebagian besar menggunakan panah dan senjata tajam lainnya.

Sementara itu memang upaya persuasif tengah dilakukan yang tidak hanya melibatkan ABRI, tapi juga Palang Merah Internasional (ICRC), PBB, Paus Johanes Paulus II, dan Presiden Parlemen Uni Eropa.

Dalam proses negosiasi yang alot itu pula, penyandera akhirnya bersedia melepaskan beberapa sandera, khususnya seorang ibu dan bayinya. Sehingga tersisa 11 sandera yang terus dipertahankan hingga detik terakhir.

Insiden Timika

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini