TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR MY Esti Wijayati mendesak institusi kepolisian menindak tegas terhadap kejadian penganiayaan, pembacokan maupun bentuk-bentuk kekerasan di kalangan remaja dan pelajar di Provinsi Daerah Yogyakarta semakin memprihatinkan.
Hilangnya nyawa Adnan Wirawan Ardian pada Selasa (14/12/2016) di Dusun Lanteng, Bantul, Yogyakarta, merupakan rangkaian gengsterisme yang tidak bisa dipisahkan dari bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh dan terhadap remaja/pelajar.
“Aparat kepolisian harus menindak tegas pelaku penganiayaan dan pembacokan terhadap almarhum Adnan Wirawan Ardian. Harus diadili seadil-adilnya berdasarkan ketentuan hukum dengan tetap memberikan pendampingan yang menyadarkan dan memberikan “efek jera” bagi para pelaku remaja, “ kata My Esti di gedung DPR Jakarta, Jumát (16/12/2016).
My Esti mengatakan maraknya Geng “Klithih” dari sejumlah pelajar sekolah menengah telah berujung pada tawuran dan bentrok yang melukai sesama remaja dan pelajar. Tindakan yang benar-benar diluar batas perikemanusiaan telah menambah daftar buruk potret pendidikan dan bidang kepemudaan pada tahun ini.
“Hentikan dan bubarkan berbagai bentuk gengsterisme yang senantiasa berujung pada kekeresaan di DIY. Tewasnya saudara Adnan Wirawan Ardian membawa duka mendalam bagi saya, keluarga dan warga DIY, “ katanya.
Politisi dari daerah pemilihan DIY itu menguraikan dalam kurun waktu setahun telah terjadi kejadian di luar kewajaran remaja/pelajar. Pada bulan Februari 2016, dua pelajar anggota "Geng Klitih" menyerang pengendara sepeda motor di Jalan Kabupaten (Sleman). Kasus pembacokan geng klitih kembali terjadi di Jalan Parangtritis, tepatnya di sekitar Perempatan Manding pada bulan Agustus.
Kejadian sebelumnya, berbagai bentuk kekerasan, penganiayaan dan pembacokan oleh remaja/pelajar juga ramai diberitakan atas kemunculan geng Raden Kian Santang. Pada bulan September, Geng pelajar Cangkringan Side menyerang enam pelajar sekolah menengah negeri di Sleman.
“Kami mendorong Badan Narkotika Nasional/Daerah dan masyarakat luas untuk aktif memerangi narkoba, karena gengsterisme di kalangan remaja merupakan “target pasar” para bandar narkoba dan obat-obatan terlarang, “ ujar politisi PDI Perjuangan itu.
Legislator yang membidangi masalah pendidikan itu mengajak pemerintah daerah memberikan fokus kebijakan yang memadai bagi bidang kepemudaan dan pendidikan untuk bisa menyelenggarakan pembangunan secara kondusif dan jauh dari kekerasan.
Menurutnya kegelisahan dan segala bentuk aspirasi para pelajar yang terlibat di geng-geng harus dinyatakan sebagai “energi besar” yang belum tersalurkan. “Institusi pendidikan harus menangkap dan memberikan ruang-ruang yang luas sebagai “wadah dan penyaluran kreativitas” para pelajar, “ ujarnya seraya mengajak orang-tua dan institusi keluarga memberikan perhatian serius terhadap putra-putrinya dalam menempuh proses belajar-mengajar; mengembangkan bakat, talenta dan kreativitas yang dimiliki.
Lebih jauh My Esti mengatakan banyak pemberitaaan yang justru memicu dan memancing spiral kekerasan di masyarakat. “Saya mengajak pelaku media untuk menggunakan etika profesi yang mengedepankan pertimbangan dampak pemberitaan, agar tidak menimbulkan spiral kekerasan lanjutan, “ katanya.