Laporan Wartawan TribunStyle.com, Tisa Ajeng
TRIBUNNEWS.COM - Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.
Kira-kira semboyan ini masih diingat oleh masyarakat Indonesia di masa ini tidak, ya?
Isu-isu SARA saat ini menjadi hal yang sensitif di media sosial.
Seperti salah satunya yang sedang hangat adalah gambar pahlawan yang menjadi gambar dari uang kertas NKRI yang baru.
Karena beberapa hal, beberapa netizen jadi meragukan jasa pahlawan tersebut.
Ada beberapa nama pahlawan baru yang dianggap "asing" bagi sebagian masyarakat awam.
Bahkan ada kasus kicauan pahlawan kafir yang ditulis oleh salah seorang netizen berujung proses hukum lantaran dituduh menghina pahlawan.
Belum diketahui tujuan dari kicauan tersebut apa.
Ditambah lagi yang terbaru adalah beberapa netizen justru beramai-ramai membully dan melecehkan kepahlawanan seorang pejuang asal Papua, Frans Kaisiepo.
Mata Uang Baru/Tribunnews
Wajah pahlawan Frans Kaisiepo yang terpampang di uang kertas baru pecahan Rp 10 ribu tersebut menjadi pergunjingan netizen di media sosial.
Seperti berikut ini.
Salah seorang netizen menuliskan, "Tebak gambar, hayo siapa nama pahlawan ini. Kira-kira apa jasa beliau?" melalui akun Facebook-nya.
Pertanyaan tersebut dijawab dengan jawaban berbagai macam.
Tanggapan Netizen terhadap Wajah pahlawan Frans Kaisiepo yang terpampang di uang kertas baru pecahan Rp 10 ribu/Twitter/Ariekriting
Miris! Bagaimana dengan mudahnya orang jaman sekarang menilai jasa pahlawan hanya dari wajahnya saja.
Salah seorang komika yang berasal dari timur, Arie Kriting bahkan ikut angkat suara perihal hal ini.
Mungkin mereka yang berkomentar bernada negatif seperti itu kurang belajar?
Atau bahkan memakai media sosial hanya untuk membully orang? Padahal kita bisa dapat ilmu juga dari internet.
Makanya yuk kita cari tahu pahlawan asal Papua, Frans Kaisiepo ini.
Melansir dari akun Twitter @TweetMiliter, Frans Kaisiepo adalah tokoh Pejuang Kemerdekaan asal Papua.
Frans Kaisiepo lahir di Biak, Papua, Hindia Belanda pada 10 Oktober 1921. Masa Kecilnya dihiasi dengan kehidupan Kolonial Belanda di Papua.
Frans Kaisiepo aktif mengikuti Kursus Pamong Praja di Hollandia / Jayapura saat Perang Dunia 2.
Ketika Frans Kaisiepo ikut Kursus Pamongpraja di Hollandia, beliau berkenalan dengan Soegoro Atmoprasodjo. Mantan guru Taman Siswa Yogya.
Melalui perkenalannya dengan Soegoro Atmoprasodjo inilah, Jiwa Nasionalisme Frans Kaisiepo menggelora dan ikut Berjuang demi Indonesia.
Frans Kaisiepo menjadi Envoy Republik dari Papua setelah proklamasi Kemerdekaan, beliau yang memastikan Papua agar ikut ke Republik Indonesia.
Dan ketika Belanda mencoba membuat Negara Indonesia Timur / NIT di Papua, Frans Kaisiepo menelurkan isilah yang sangat populer, Irian.
IRIAN merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland. Keren kan?
Nama ini bahkan masih dipakai sampai sekarang dengan nama Irian Jaya.
Masih mau meragukan jasa beliau?
Frans Kaisiepo mengorganisir berbagai Resistance movement di Papua melawan Kolonial Belanda.
Beliau terus mengorganisir resistance di Papua melawan Belanda, bahkan setelah KMB.
Beliau bahkan ikut andil dalam Trikora, Tri Komando Rakyat, ketika Indonesia berada diambang kesabaran atas keraskepalanya Belanda, akhirnya memulai Military Campaign ke Papua.
Dalam Trikora pun, Frans Kaisiepo aktif berperan membantu TNI dalam berbagai operasi-operasi di tanah Papua, hingga tahun 1963.
Setelah tahun 1964, Frans Kaisiepo menjadi Gubernur Irian Barat menggantikan Elieser Jon Bonay, yang kemudian Bonay menyeberang ke Belanda.
Sebagai Gubernur, Frans Kaisiepo bertanggungjawab melaksanakan PEPERA pada tahun 1969, yang hasilnya adalah Papua bergabung dengan Republik.
Frans Kaisiepo meninggal dunia pada tanggal 10 April 1979, jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Biak, Papua.
Jadi guys, Frans Kaisiepo ini adalah "Unsung Heroes" yang perannya terhitung besar dalam mempertahankan Integritas Republik Indonesia.
Kalau nggak ada beliau, mungkin sekarang Papua bukan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nama beliau bahkan diabadikan sebagai nama bandar udara di Biak, Papua.
KRI Frans Kaisiepo (FKO)-368 bersandar di Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, Rabu (20/4/2016).
KRI Frans Kaisiepo/pemudamaritim.com
Tidak hanya itu, untuk mengenang jasa-jasanya pemerintah juga mengabadikan namanya di salah satu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yaitu KRI Frans Kaisiepo (368).
Nah, buat yang membully pahlawan, atau meragukan kenapa pahlawan tersebut bisa jadi gambar di uang kertas yang baru, mending piknik yang jauh.
Atau pakai kuota internet kamu buat belajar juga, jangan hanya buat membully orang atau untuk menyebarkan berita hoax saja guys.
Be smart, don't let your smartphone be smarter than you.