TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy kembali melakukan kunjungan ke Aceh, Minggu (1/1/2017).
Ini merupakan kunjungan kali ketiga sejak gempa di Pidie Jaya 7 Desember 2016 lalu.
Kunjungan kali ini dimanfaatkan Mendikbud untuk memastikan sekolah-sekolah yang dibangun baik secara darurat maupun permanen sudah dapat digunakan saat mulai masuk sekolah usai liburan semester.
"Saya ingin memastikan agar sekolah darurat segera beroperasi sehingga lusa tanggal 3 sudah bisa digunakan untuk aktivitas belajar," ujar Muhadjir dalam siaran persnya.
Sebelumnya, Mendikbud juga sudah meminta para direktur terkait untuk datang lebih dulu ke Aceh.
Mereka ditugaskan memantau beberapa titik yang memerlukan perhatian.
"Kali ini liburan tahun baruannya kita tunda dulu supaya anak-anak kita bisa sekolah,"ujarnya.
Besok mantan rektor Univeritas Muhammadiyah Malang (UMM) ini dijadwalkan mengunjungi beberapa sekolah setelah pagi harinya rapat dengan jajaran Kemendikbud, dinas pendidikan dan pemerintah setempat di Pidie Jaya.
Beberapa sekolah yang dikunjungi antara lain SDN Jiem Jiem, SMPN 3 Bandar Baru di Kabupaten Pidie Jaya, SDN Jalan Rata Bandar Baru, SMK Bandar Baru, SMK Kesehatan Putro Nanggroe, SDN Tampui dan SMPN 4 Trienggading serta SMAN 1 Trienggading.
Revitalisasi sekolah terdampak bencana menjadi prioritas Kemendikbud sudah ditetapkan oleh Muhadjir.
"Komitmen kami untuk memperbaiki sekolah yang rusak akibat bencana sudah saya perintahkan sejak 2 hari pasca gempa. Ini tinggal memastikan semua berjalan sesuai target," tegasnya.
Hasil pemantauan tim Kemendikbud terkait kerusakan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan dilaporkan, terdapat 65 sekolah yang mengalami kerusakan, terdiri dari 35 Sekolah Dasar (SD), 11 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 13 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 6 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Selain itu, terdapat juga 81 fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengalami kerusakan sarana dan prasarana dengan tingkat rusak sedang dan berat.
Mendikbud memaparkan rencana pemenuhan kebutuhan bantuan untuk merehabilitasi dan merevitalisasi sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan yang rusak akibat gempa dengan total anggaran sekitar Rp.68,2 Miliar, dengan rincian pada tahun 2016 akan disalurkan sebesar Rp.25,8 Miliar, dan tahun anggaran 2017 dialokasikan sebesar Rp.42,4 Miliar.