TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Biro Penerangan masyarakat Brigadir Jenderal Pol Rikwanto mengatakan, terduga pelaku teror di Magelang, Haris Fauzi, menaruh bom lantaran merasa sakit hati kepada pimpinan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo.
Haris meletakan bom dalam sebuah tas di depan apotek Perintis Farma, Tegalrejo, Magelang, Selasa (27/12/2016). Apotek tersebut lokasinya tak jauh dari kompleks Ponpes API.
"Pelaku ingin menjatuhkan nama baik Ponpes API sehingga pelaku memasang Bom," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto melalui keterangan tertulis, Kamis (5/1/2017).
Dengan demikian, tak ada santri yang berminat daftar di Ponpes API karena tidak aman. Rikwanto mengatakan, pelaku sakit hati terhadap Gus Yusup, pimpinan Ponpes API karena merasa tidak dihargai.
Padahal, ia sudah lama mengabdi kepada pimpinan Ponpes tersebut. Terlebih lagi, Gus Yusup tak mendukungnya sewaktu mencalonkan diri menjadi calon legislatif dari salah satu partai.
"Sehingga pelaku memutuskan mengundurkan diri dari partai itu dan pindah menjadi anggota partai lain," kata Rikwanto.
Namun, setelah pindah partai, Haris merasa diganggu oleh Gus Yusup dengan menyebutnya anggota Partai Komunis Indonesia.
Karena kesal, akhirnya Haris memasang bom di lokasi yang berdekatan dengan Ponpes API. Haris akhirnya ditangkap pada Rabu (4/1/2017).
Atas perbuatannya, dia dijerat Pasal 7 Perppu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Pada Selasa (27/12/2016), warga menemukan tas berisi benda mencurigakan di depan apotik Perintis Farma Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
Di dalam tas yang berisi rangkaian berupa bahan peledak, sejumlah kabel, paralon plastik, sejumlah paku besi, baterai, switcher itu ternyata juga disertai dua selebaran bertulisan Arab.
Satu selebaran kertas berupa tulisan ajakan jihad, dan satunya lagi adalah peta kecil di suatu lokasi. Gambar tersebut mirip denah kawasan Alun-alun Kota Magelang dengan menggunakan Bahasa Arab.