Triyono dideportasi dari Turki sejak Rabu (25/1/2017). Menggunakan maskapai penerbangan Emirates Airlines, Triyono dan keluarga tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Jumat (27/1/2017).
Bersama Triyono adalah Nur Khofifah (23 Januari 1962), Nur Azzahra (16 Maret 2004), Muhammad Syamil Utomo (18 Juli 2009), Muhammad Azzam Utomo (14 Juni 2013).
Informasi yang dihimpun Tribun, sebelum bertugas di Kemenkeu, Triyono meraih gelar Sarjana Sains Terapan (SST) dan Akuntan (Ak.) di Sekolah Tinggi Akuntasi pada 2004. Ia lalu meneruskan pendidikan Master of Public Administration (MPA) di Flinders University of South Australia pada 2009.
Jejak Triyono juga terekam selaku ekonom di bidang Public Policy pada Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, dengan pangkat III C. Pada 2016, Triyono memilih mundur sebagai PNS Kemenkeu.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membenarkan Triyono Utomo Abdul Sakti merupakan mantan pegawainya. Ia dideportasi pemerintah Turki lantaran diduga akan bergabung dengan ISIS.
"Yang bersangkutan merupakan mantan pegawai Kemenkeu dengan pangkat terakhir di llIC," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti dalam siaran pers.
Menurut Nufransa, Triyono Utomo Abdul Sakti mengajukan pengunduran Diri sebagai PNS Kemenkeu pada Februari 2016 silam.
Sejak saat itu Triyono tidak dapat dihubungi Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7591KM,1/UP.72/2016, Triyono diberhentikan sebagai PNS atas dasar pemintaan sendiri mulai Agustus 2016.
"Terhitung sejak diberhentikan, segala kegiatan dan aktifitasnya tidak dapat lagi dihubungkan dengan Kemenkeu dan menjadi tanggung jawab pribadi yang bersangkutan," kata Nufransa.
Triyono Utomo Abdul Sakti sendiri dideportasi oleh pemerintah Turki bersama empat orang. (tribunnews/abdul qodir/kompas.com)