TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam beberapa hari belakangan ini melontarkan kritik keras terhadap pemerintah.
Menanggapi sorotan tajam tersebut Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut sebagai sesuatu yang wajar karena Partai Demokrat berada di luar pemerintahan.
"Semuanya namanya politik. Tentu mengemukakan apa yang dirasakan dan diharapkan itu wajar saja. Bahwa ada dukungan, protes, itu biasa saja," kata Jusuf Kalla saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Dalam acara dies natalis Partai Demokrat di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2017), SBY memberikan pandangan politiknya terhadap pemerintahan saat ini.
Ia memberikan masukan dan kritikan kepada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengatakan kritik SBY merupakan penyeimbangan yang berada di luar pemerintah.
Baca: Kepada Penyidik Kak Ema Mengaku Teman Dekat Firza Husein
"Ya partai di luar pemerintah itu ya seperti itu. Sama seperti zaman dulu, mungkin PDIP yang berpidato seperti itu. Ada balancing (keseimbangan)," jelas Kalla.
Sejak 5 Februari lalu SBY mulai ikut turun gunung sebagai juru kampanye untuk kemenangan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono.
Ia terlibat langsung dalam beberapa kegiatan kampanye pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, menjelang Pilkada Jakarta.
SBY hadir dalam konsolidasi simpatisan Lembaga Kreatif Masyarakat Rakyat Tangguh Republik Wibawa (RTRW) di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat.
Dalam kesempatan itu SBY meyakinkan massa, Agus Yudhoyono memiliki kapabilitas menjadi Gubernur Jakarta. Bahkan Presiden ke-6 Indonesia itu menyebut putra sulungnya lebih berprestasi ketimbang dirinya.
"Saya butuh waktu 10 tahun untuk menjadi presiden dari 1994 ketika masih berpangkat kolonel. Padahal dalam usia yang sama Agus Yudhoyono lebih hebat dan berprestasi. Silakan lihat riwayat penugasannya di dunia pendidikan militer," tegas SBY.
SBY juga meyakinkan massa, Agus Yudhoyono punya kualitas untuk memimpin Jakarta walaupun masuk sebagai pendatang baru dan masih muda.