Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesan tertutup dan misterius menjadi potret dari Restaurant Pyongyang, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Restaurant itu disebut-sebut sebagai salah satu lokasi yang dijadikan tempat Dinas Intelijen Korea Utara melakukan pertemuan.
Seperti dilaporkan portal berita di Singapura, Asiaone, Intelijen Korea Utara, Reconnaissance General Bureau (RGB), telah beroperasi di Malaysia, Singapura, dan Indonesia, selama dua dekade terakhir.
RGB berada di bawah kewenangan Departemen Keamanan Negara Korut yang memberi laporan ke Kim Jong Un.
Para agen intelijen itu merangkap sebagai insinyur dan konsultan teknis di industri konstruksi untuk berbaur dengan masyarakat di Malaysia dan Singapura. Selain itu, ada juga yang mengoperasikan restoran Korea.
“Mereka menggunakan retaurant sebagai front utama untuk mengumpulkan intelijen dan pengawasan, menargetkan politisi Jepang dan Korea Selatan, diplomat, tokoh korporat tinggi, dan pengusaha yang berbasis di negara-negara ini,” tulis media Singapura, Asiaone, Jumat (17/2/2017), mengutip seorang sumber.
Untuk di Indonesia, RGB juga disebut beroperasi di pabrik tekstil di kota-kota besar, termasuk Jakarta.
“Salah satunya, terletak di atas sebuah restaurant Korea Utara di Jakarta, itu adalah bagian dari kantor RGB Indonesia,” tutur sumber itu.
Berdasarkan penelusuran, Restaurant Pyongyang berada di Jalan Boulevard Barat Raya, RT/RW 013/007, Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading.
Plang nama restoran itu terpajang di Billboard di spanduk besar berwarna latar merah yang berada di bagian depan restoran.
Aroma dupa tercium saat masuk ke restoran itu. Bangunan restoran berlantai tiga itu sejajar dengan bangunan ruko dan perkantoran lainnya. Hanya berjarak satu ruko di sebelah kanan tempat itu berdiri Restaurant Korea Selatan, Bornga.
Di lantai satu lorong utama restoran bernuansa merah muda itu terdapat empat meja bundar. Lukisan bertema Korea Utara terpajang di berbagai sudutnya.
Di dekat meja bagian paling ujung terdapat tangga naik ke lantai atas. Lalu ada dua pintu di sisi kanan ruangan, dua pintu itu bertuliskan angka 8 dan 9.
Interior ruangan dapat dibilang sangat sederhana, sehingga tempat ini terasa seperti sebuah ruko yang disulap menjadi restoran.
Setiap meja makan diberi sekat dari rotan dan meja makan yang digunakan tampak seperti furnitur ala Betawi. Di antara jalan menuju ke tangga dan meja makan diberi pembatas yang terbuat dari kayu.
Sementara itu, di bagian luar restoran itu terparkir dua kendaraan roda empat, mobil Nissan Juke berwarna merah dan Toyota Avanza berwarna hitam.
Di kanan dan kiri restoran itu tak ada aktivitas. Sedangkan, di lantai dua dan tiga terlihat dari depan terdapat banyak jemuran pakaian.
Di pintu depan, seorang pelayan wanita berkaos biru dan rok putih berkulit putih seperti orang Korea berdiri di depan cashier. Pelayan dengan gaya santai dan rambut diikat ke atas tersebut mempersilahkan wartawan untuk duduk.
Ia mencoba mempersilahkan dengan bahasa Indonesia yang tak fasih. “Selamat datang,” ujar pelayan berkaos biru tersebut.
Wartawan pun mencoba menanyakan menu dan memilih tempat duduk. Karena restoran yang sepi dan tak ada pengunjung lain, pelayan berkaos biru sempat hendak membereskan aktivitasnya di meja kasir untuk menanyakan pesanan.
Namun, saat wartawan akan duduk, ada salah satu pelayan lainnya memakai baju berwarna pink dan rok putih mencoba memotong aktivitas pelayan berkaos biru.
Lalu, mereka saling berkomunikasi dalam Bahasa Korea. Hingga akhirnya, salah satu pelayan berbaju warna pink tadi mengatakan dalam Bahasa Indonesia restoran tutup. “Tutup. Tutup,” sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah pintu keluar.
Dia berusaha meyakinkan wartawan bahwa Restauran tersebut sedang tidak beroperasi. Wartawan sempat mencoba bertanya menggunakan bahasa Inggris, namun dua pelayan tersebut pun nampak kebingungan dan tak merespon.
“Tutup, tutup,” ujarnya kembali memastikan. Ia beberapa kali memastikan bahwa restaurant tersebut tidak beroperasi meski di pintu restauran tergantung tulisan ‘Buka’.
Ramai Dipadati Orang Korea
Meskipun tempat itu indentik dengan Korea Utara, namun tak hanya warga dari negara itu saja yang datang ke tempat itu.
Warga negara lainnya, bahkan dari Korea Selatan juga mencicipi berbagai macam kuliner dan hiburan ala negeri itu. Ini disampaikan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, Teguh Santosa.
“Setahu saya Restaurant Pyongyang di Kelapa Gading adalah tempat terbuka. Bahkan setahu saya beberapa pelanggannya adalah orang Korea Selatan. Di sebelah kiri kalau tidak salah ada restoran atau karaoke Korsel,” tutur Teguh, saat dihubungi, Minggu (8/2/2017).
Selain di Kelapa Gading, menurut Teguh, terdapat Restaurant Pyongnyang di Jalan Gandaria Nomor 58, Jakarta Selatan.
Namun, tempat makan itu tutup sekitar dua tahun yang lalu. Berdasarkan informasi dari Teguh, restoran itu ditutup karena kontraknya habis. “Kalau tidak salah kontraknya habis,” kata dia.
Dia sendiri mengaku pernah berkunjung ke tempat itu. Dia bersama dengan Meutia Hatta, putri Proklamator Indonesia, Bung Hatta, dan Prof Sri Edi Swasono, guru besar ekonomi di Universitas Indonesia, pernah berkunjung ke tempat itu.
Atas pengalamannya berada di tempat itu dan pengetahuan seputar Korea, dia membantah ada pertemuan agen intelijen di sana.
“Saya rasa ini informasi yang insinuatif. Terlalu dipaksakan. Saya pernah makan di situ. Waktu pembukaan restoran di Kelapa Gading. Ibu Meutia Hatta dan Prof Sri Edi Swasono juga hadir,” tambahnya.