TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi UGM Ahmad Redi menilai PT Freeport Indonesia sudah terlalu banyak mengeksploitasi tambang Papua.
Namun pada kenyataannya masyarakat Papua masih miskin dan masih memakai koteka.
"Selama ini kekayaannya dieskploitasi, tapi sampai sekarang (masyarakat Papua) pakai koteka misalnya. Ini yang harus dicegah," ujar Redi di Polemik Diskusi Republik Freeport, Jakarta, Sabtu (25/2/2017).
Ke depannya, Redi berharap tak hanya perusahaan BUMN saja yang menggarap tambang Freeport, tetapi juga BUMD dan pemerintah daerah.
Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
"Konsorsium tadi ada BUMD, pemda diikutsertakan di situ. Jadi rakyat Papua juga akan meningkat," ujar Redi.
Redi menambahkan selama 50 tahun Indonesia hanya mendapatkan 9 persen saham dan royalti 1 persen.
Selain itu dividen Freeport tidak pernah disetor lagi kepada negara selama dua tahun.
"Dividen pun enggak dibagi dalam 2 tahun terakhir ini. Itu tidak dibagi sahamnya, dengan alasan laba ditahan untuk ekspansi," kata Redi.