TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA – Mantan terpidana teroris Agus Marshal mengaku bingung dengan pola teror bom panci di Bandung yang dilakukan Yayat Cahdiyat dan seorang temannya yang masih buron.
“Awalnya saya enggak tahu itu Yayat. Lihat di media, sebatas tahu ada kejadian di Bandung dengan pola begini. Dengan alat, lokasi, teknisnya seperti itu, saya matiin (TV), karena saya bingung menyimpulkan ini apa. Bingung, ini apa?” ujar Agus Marshal di Purwakarta, Selasa (28/2/2017).
Dengan pola kemarin, ia mengaku tidak mengetahui target dari teror tersebut. Bahkan, polanya pun membingungkan.
Agus merupakan salah satu pemimpin pengajian di Cikampek. Ia pernah memimpin perampokan di Banyu Asin-Cikampek untuk pendanaan pelatihan militer di Janto, Aceh Besar.
Baca juga: Mantan Terpidana Teroris Bicara soal Pelaku Teror Bom di Bandung
Keempat pelaku perampokan, termasuk dirinya dan Yayat, divonis tiga tahun penjara. Seusai menjalankan hukuman, Agus kembali ke Purwakarta, sedangkan Yayat kembali bergabung ke kelompok teroris.
Agus mengungkapkan, di Aceh memang ia berlatih militer sehingga mengerti cara merakit bom. Namun di internet pun informasi tentang merakit bom sudah banyak.
“Kalau di pengajian Cikampek sama dengan pengajian umum seperti di masjid biasa. Kalau misal ada obrolan (perakitan bom atau teroris) itu dilakukan antar-teman,” ucapnya.
Berita sebelumnya, Yayat Cahdiyat dilumphkan polisi setelah melakukan teror bom panci di Bandung, Senin (27/2/2017).
Yayat beraksi bersama seorang temannya yang kemudian kabur dengan sepeda motor. Sedangkan Yayat sendiri melarikan diri ke kantor Kelurahan Arjuna yang lokasinya berdekatan dengan taman.
Penulis: Reni Susanti