TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menyesalkan massa penolaknya di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (13/5/2017), yang enggan diajak berdialog.
Ia mengaku tak mempermasalahkan bila ada pihak yang tak sependapat dengan dirinya.
Namun, ia berharap perbedaan itu disikapi secara wajar dan dewasa.
Awalnya, bahkan saat tiba di bandara dan mengetahui ada sejumlah massa yang menghadang, ia mengaku hendak menemui massa dan berorasi.
Baca: Fahri Hamzah Bantah Pernah Jadi Pengurus FPI
Akan tetapi, Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw, yang turut menjemputnya di tangga pesawat, menyarankannya untuk langsung masuk ke ruang VIP.
"Saya bilang saya juga demonstran santai aja, kalau diizinkan saya orasi, orasi, enggak masalah. Mungkin teman di depan mau dengar saya. Karena saya tamu ya saya ikut saja," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/5/2017).
Ia mengatakan demonstrasi merupakan hal wajar di Indonesia sehingga tak perlu dilarang.
Hanya, menurut Fahri, caranya harus dilakukan dengan benar.
"Saya sayangkan satu, kategori fitnah, menuduh saya antitoleransi. Saya kira ngawur pikiran itu. Kalau mau berdebat Pancasila dengan saya ayo berdebat. Biar kita kuliti pemahaman kita tentang pancasila. Jangan main fitnah, jangan main belakang soal beginian," ujar Fahri.
"Tiba-tiba ada demonstrasi itulah Indonesia. Karena kita tak mungkin menyederhanakannya. Orang demo, debat, dialog normal dan itu kita selenggarakan. Saya enggak lihat di republik ini ada pikiran yang enggak bisa dipertemukan," lanjut dia.
Sejumlah elemen masyarakat mendatangi Bandara Sam Ratulangi Manado, Sabtu kemarin.
Mereka menolak kedatangan Fahri Hamzah yang dijadwalkan tiba pada sekitar pukul 10.20 Wita.
Penolakan kedatangan Fahri itu mulai diserukan sejak Jumat lalu melalui media sosial.