Ledakan pertama dilakukan Ichwan dengan bom panci yang dibawanya dengan ransel di samping toilet.
Ledakan pertama terbilang kecil karena bertujuan untuk memancing kerumunan massa, termasuk polisi.
Akibat ledakan itu beberapa polisi dan warga terluka.
Sementara pelaku mengalami kerusakan pada bagian belakang tubuhnya.
Selang 4-5 menit kemudian, pelaku kedua, Syukri, mendatangi kerumunan polisi dan warga yang melakukan evakuasi.
Lantas, dia melakukan peledakan kedua dengan daya ledak lebih besar atau secondary blast dengan bom panci yang dibawanya dengan ransel.
Di dalam bom panci jenis pressure cooker, pelaku mencampurkan bahan peledak TATP dengan material shrapnel (benda berbahan logam keras dan kecil), seperti gotri, mur, dan gunting kecil yang dilepas gagangnya.
Material tersebut untuk efek penghancur dan akan terdorong kuat bak peluru dari selongsong senjata api saat TATP meledak.
"Jadi, kita lihat ledakan ini memiliki efek bakar, efek getar, terlihat banyak korban sulit mendengar, dan efek menghancurkan akibat dari shrapnel tadi," jelas Tito.
Dari peristiwa di Kampung Melayu, Tito meyakini kelompok JAD Bandung Raya terbilang berhasil dalam meracik dan melakukan peledakan dengan bahan TATP.
Sebab, dari penggerebekan Densus 88 di Jawa Timur dan Alam Sutra Tangerang beberapa waktu lalu, kelompok tersebut masih pada tahap coba-coba dan belum sempurna dalam meracik bahan peledak TATP.
Meski demikian, Tito memastikan anggotanya akan melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap siapapun yang terlibat dalam serangan di Kampung Melayu.
"Siapapun yang bertanggung jawab, kami akan tangkap," ucapnya.