"Nama pejabat tinggi dalam Majapahit juga menunjukkan corak Hindu dan Buddha. Misalnya, ada Dharmmadyaksa ring Kasaiwan dan Dharmmadyaksa ring Kasogatan. Kasogataan artinya Kebuddhaan. Tidak ada Dharmmadyaksa ring Muslimah atau lainnya," imbuh Agus.
Bukti lain ialah penataan kota Majapahit yang memperhatikan letak gunung yang dipercaya sebagai tempat suci dan corak prasasti.
Soal surya Majapahit yang diklaim menjadi bukti keislaman kerajaan itu, Agus menuturkan bahwa delapan sinar yang ada pada lambang itu sebenarnya adalah tanda arah mata angin.
Dalam kepercayaan Majapahit, tiap arah angin punya dewanya sendiri.
Sinar Majapahit menjadi ciri khas candi-candi peninggalan Majapahit di mana corak itu dijumpai pada batu sungkupnya.
Agama Gajah Mada sendiri dipercaya adalah Buddha. Bukti penguatnya adalah catatan kitab Negarakertagama yang menyebut bahwa setelah pensiun, dia dianugerahi tanah Kebuddhaan yang bernama Madakarupira. Lokasi tanah itu berada di selatan Pasuruan.
Menurut Agus, untuk menafsirkan identitas agama suatu kerajaan, peringkat sumber-sumber arkeologis perlu diperhatikan.
"Penulis (Kasultanan Majapahit) kemungkinan tidak mengerti pemeringkatan itu," katanya. (Kompas.com/Yunanto Wiji Utomo)
Tulisan ini sudah terbit di Kompas.com dengan judul 'Agama Gajah Mada dan Majapahit yang Sebenarnya Akhirnya Diungkap'