TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- AR (30) dan SP (47) melompat pagar Markas Polda Sumatera Utara kemudian mendatangi salah satu pos jaga kantor polisi tersebut.
Dua terduga teroris itu kemudian menyerang petugas yang berjaga di salah satu dari tiga pos yang ada di Mapolda Sumut.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan, kedua pelaku diduga sudah mempelajari kondisi kantor Polda sebelum melakukan penyerangan.
"Pasti, kalau mereka bergerak pasti menyelidiki dulu," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Minggu (25/6/2017).
Letak pos jaga tak jauh dari jalan raya.
AR yang merupakan warga Jalan Sisingamangaraja, Simpang Limun, Medan, Sumatera Utara, berprofesi sebagai penjual jus.
Sedangkan SP merupakan warga Jalan Pelajar Ujung, Gang Kecil, Medan, berprofesi sebagai penjual rokok.
Setyo mengatakan, polisi akan mendalami apakah para pelaku pernah menjadikan pekerjaan mereka untuk mengamati kantor polda.
Setelah kasus penyerangan itu, polisi menyita bendera kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dalam penggeledahan yang dilakukan di rumah SP.
Selain bendera ISIS, polisi menyita foto pimpinan ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi.
Selain itu, masih dari rumah SP, polisi menyita buku tulis tentang ISIS, VCD bertuliskan "Rasullullah Bersabda", laptop, komputer, dan parang.
SP sekarang dalam kondisi kritis setelah ditembak polisi.
Sementara itu, di rumah AR, terduga teroris yang tewas ditembak, Setyo mengaku belum mendapat laporan hasil penggeledahan.
Diduga Jaringan Bahrun Naim