TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mungkin untuk generasi 90-an masih ingat acara-acara di televisi yang bertema anak seperti Tralala Trilili, Bando, Ci Luk Ba, dan lain sebagainya.
Namun, saat ini acara musik untuk anak-anak semakin menghilang.
Semakin sulit untuk menemukan segmen acara yang diperuntukan bagi anak-anak.
Anak-anak justru lebih hafal lagu orang-orang dewasa yang konten dan musiknya tidak pas bagi mereka.
Itu juga yang diresahkan guru seni musik SD Regina Pacis 1, Palmerah Utara, Jakarta Barat, Dite Sandhi Mayasari.
Perempuan kelahiran 1993 yang sehari-harinya mengajar siswa kelas 4 hingga 6 SD itu merasa rindu dengan acara-acara musik khusus anak-anak.
"Kangen sama acara musik anak-anak. Kalau dulu setiap sore pasti full sama acara anak-anak. Kalau sekarang paling cuma satu dua," ujar Dite saat ditemui setelah mengajar di SD Regina Pacis 1, Palmerah Utara, Jakarta Barat pada Senin (24/7/2017).
Meski mengaku belum berkeluarga dan memiliki anak, namun nalurinya sebagai seorang guru yang setiap hari berhadapan dengan anak-anak membuat Dite berusaha untuk menghadirkan lagu anak yang baru.
Buktinya, Dite mengikuti 'Lomba Cipta Lagu Anak Dendang Kencana' yang diselenggarakan oleh Kompas Gramedia (KG).
Dite melombakan karyanya yang berjudul "Aku Garuda" dengan tema nasionalisme.
Dengan mengikuti lomba cipta lagu anak itu, Dite berharap agar lagu anak-anak bertambah jumlahnya dan acara-acara televisi khusus anak-anak dapat ditayangkan lagi.
"Kadang saya sendiri bosan kalau harus mengajarkan lagu-lagu tradisional yang itu-itu melulu. Anak-anak pun bosan. Mereka lebih senang minta diajarkan lagu pop. Daripada mengajar lagu pop, lebih baik mengajar lagu anak-anak," ujar Sarjana Seni Musik itu.