Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Pesawat tempur yang dibangun bersama Indonesia dan Korea Selatan (KFX/IFX) adalah pesawat tempur generasi 4.5.
Ini Jeritan Hati Dayat Sebelum Bunuh Diri Sambil Video Call dengan Sang Pacar https://t.co/Bqjx6JAdNH via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 28, 2017
Sebagai pesawat generasi 4.5, menurut Kepala Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Anne Kusmayati, pesawat bernama KF-X/IF-X itu harus memenuhi sejumlah kecanggihan.
Kepada wartawan dalam pemaparannya di kantor Kemenhan, Jakarta Pusat, Jumat (27/7/2017), ia mengatakan dalam proyek ini pihaknya menghadapi kendala karena lima dari sembilan alat yang harusnya ada dalam pesawat itu harus mengantongi izin dari negara produsen, antara lain adalah Amerika Serikat (AS).
"Terkait dengan empat teknologi inti, betul sekali, teknologi inti ini tidak akan diberikan Amerika (Serikat) kepada siapapun, termasuk pada Korea (selatan)," ujarnya
Empat teknologi itu adalah Electro-Optical Targeting System (EOTS), Infra Red System Targeting (IRST), Active Electronically Scanned Array (AESA) Radar dan pengacau sinyal.
Anne Kusmayati mengaku akan mengajak pemerintah, untuk merayu negara-negara produsen alat-alat tersebut agar mau mengeluarkan lisensi pengembangan untuk Indonesia.
"Soalnya ini memerlukan suatu diplomasi ke negara tersebut," katanya.
Namun lisensi bukanlah satu-satunya cara. Ia menyebut saat ini untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah Korea Selatan tengah menyambangi sejumlah produsen alat-alat yang kurang lebih fungsinya sama, ke sejumlah perusahaan di Eropa. Namun ia tidak mau menyebut nama perusahaan itu.
Kapuslitbang Iptekhan Balitbang Kemhan, Marsma TNI Bambang Wijonarko dalam kesempatan yang sama mengatakan alat-alat tersebut sebagian besarnya adalah produksi Lockheed Martin, perusahaan asal AS.
Ia mengatakan Korea Selatan sebetulnya punya akses untuk lisensi pengembangan peralatan itu, karena mereka sudah membeli sejumlah produk Lockheed Martin, yakni pesawat tempur F-35.
"Kalau lisensi ini tidak kita dapatkan, jangan mimpi, kita mungkin tidak bisa menggunakan teknologi ini. Indonesia adalah negara sahabat mereka dari sisi politik, tapi dari sisi pertahanan, mungkin ada yang harus ditahan," katanya.