News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menuju Bangsa Cinta Menulis Melalui ASEAN Literary Festival

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diskusi bertema “Towards the Nation that Reads and Writes” yang diselenggarakan di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai upaya dalam menumbuhkan minat membaca dan menulis di Indonesia, ASEAN Literary Festival digelar untuk keempat kalinya.

Bertempat di Fatahilah Square, pada 3-6 Agustus 2017, festival ini menjadi ajang bagi masyarakat Indonesia untuk mempromosikan kebudayaan dan karya literatur khususnya di wilayah Asia Tenggara.

Salah satu sesi diskusi pada hari kedua festival ini mengedepankan tema “Towards the Nation that Reads and Writes” yang diselenggarakan di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD & Dikmas) Kemendikbud, Harris Iskandar membuka diskusi dengan memaparkan situasi yang kurang menggembirakan.

“Meski angka melek huruf kita tinggi, namun minat baca dan daya baca kita masih rendah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University terkait minat baca menempatkan Indonesia di posisi 60 dari 61 negara, setingkat di atas Botswana," papar Harris, Jumat (4/8/2017).

Harris menambahkan bahwa hubungan buta huruf dengan kemiskinan sangat nyata.

"Sampai saat ini kami masih berjuang untuk mengentaskan buta huruf di desa-desa dan kantong-kantong kemiskinan. Untuk itulah gerakan literasi nasional oleh Kemendikbud harus terus-menerus digalakkan," ujarnya.

Sovan Ganguly, Global Business Unit Head for Consumer dari Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang membawahi brand SiDu dalam kesempatan sama mengungkapkan alasan kenapa pihaknya turut berpartisipasi dalam acara tahunan ini.

“Ini merupakan panggilan bagi kami untuk turut ambil bagian terkait perkembangan literasi di Indonesia. Kami hadir untuk mendukung program pemerintah dan segenap pihak terkait, guna mendorong masyarakat Indonesia mencintai kegiatan membaca dan menulis," ujar Sovan.

Sovan melanjutkan bahwa peran SiDU dalam pengembangan dunia literasi di Indonesia antara lain melalui penyediaan produk yang berkualitas dan menyenangkan, penyediaan platform atau kegiatan terkait literasi, serta penyelenggaraan forum yang akan memantik minat membaca dan menulis masyarakat, khususnya generasi muda.

Melalui kampanye “Ayo Menulis” yang saat ini tengah digalakkan, SiDU berharap dapat menggugah minat untuk belajar menulis di kalangan anak-anak Indonesia.

Kampanye “Ayo Menulis” sendiri memiliki program berskala nasional maupun internasional, yang diharapkan dapat mengasah kemampuan menulis anak melalui rangkaian acara berbentuk workshopdan kompetisi.

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Ilza Mayuni menyatakan bahwa membaca dan menulis adalah induk literasi.

Gerakan literasi nasional oleh pemerintah tidak akan terwujud jika tidak ada kolaborasi antar elemen masyarakat.

“Seluruh lapisan masyarakat perlu bekerja keras untuk membangun budaya literasi, termasuk penulis yang telah hadir di sini untuk memantik minat membaca masyarakat, maupun pihak swasta dalam penyediaan produknya,” kata Iza Mayuni.

Di tempat yang sama, novelis Ahmad Fuadi berbagi pengalamannya sebagai penulis novel ‘Negeri 5 Menara’. Novel ‘Negeri 5 Menara’ edisi bahasa Inggris yang berjudul The Land of Five Towers menjadi buku bacaan wajib untuk beberapa mata kuliah di University of California, Berkeley.

“Meski saya orang kampung, saya bisa jalan-jalan keliling dunia, itu berawal dari minat membaca buku sedari kecil," tutur Ahmad Fuadi.

Ia menambahkan bahwa yang paling penting adalah untuk menuangkan pengalaman kita menjadi tulisan.

Karena jika hanya dibicarakan, cerita kita bak gelombang yang akan hilang ditelan lautan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini