"Mereka tidak desak tapi saya ada beban pikiran karena jemaah yang saya bawa belum berangkat," ucapnya.
Ia pun mengaku rela menjual tanah untuk memberangkatkan para jemaah yang ada dibawanya. Kecurigaan ada yang tidak beres dari agen First Travel ini sebenarnya ia akui terjadi pada Februari 2017.
Saat itu, ia mendapati dalam akun facebook First Travel selalu menawarkan segala macam promo.
"Lalu saya komentar 'jangan adakan promo tapi berangkatin jemaah yang belum'. Lalu sama bu Annisa (istri pemilik First Travel) saya dihubungi secara pribadi 'dia bilang kalau ada masalah dibicarakan'. Lalu sejak itu Facebook saya di blokir sampai saat ini," katanya.
Salah seorang jemaah lainnya, Subur Nyoto Rahardjo (67) mengatakan, dirinya mengikuti agen First Travel dari saudara yang sudah pernah diberangkatkan umrah pada 2015 lalu.
Untuk membayar biaya ibadah umrah di First Travel, ia pun melakukan metode secara bertahap.
"Saya pakai tarif promo. 10 Agustus 2015 bayar Rp 5 juta. Pelunasan 14 Januari 2016 Rp 9,3 juta. Jadi total Rp 14,3 Juta. Dijanjikan berangkat Januari 2017," kata pensiunan PLN Pusat tersebut.
Ia pun menagih kepada pihak First Travel mengenai keberangkatan, namun dari pihak First Travel dijanjikan berangkat bulan Juni 2017 dengan biaya tambahan sebesar Rp 2,5 juta yang dibayarkan bulan April 2017.
"Tapi tetap saja tidak diberangkatkan. Alasannya visa tidak keluar," katanya.
Kakek satu anak cucu ini menambahkan, dia pun sudah mendatangi kantor First Travel sebanyak 25 kali untuk menagih keberangkatan. Subur baru tahu merasa menjadi korban penipuan setelah ramai diberitakan media. (nis/wly)