Jika tudingan itu berlebihan, cukup dengan jawaban yang mendudukan persoalan secara dewasa dan biasa-biasa saja. Tidak perlu dicari-cari.
Masih relevan
Direktur Nahdlatul Ulama (NU) online Savic Ali menuturkan bahwa tulisan Gus Dur tersebut masih relevan untuk dibaca dan dipahami hingga saat ini.
Di tengah maraknya ujaran kebencian dan konflik sektarianisme, masyarakat membutuhkan pemahaman yang positif dan konstruktif terhadap isu-isu agama.
"Gus Dur lebih setuju pendekatan yang positif-konstruktif ketimbang yang defensif serta reaksioner. Seperti yang diekspresikan kelompok-kelompok garis keras," ujar Savic saat dihubungi, Rabu (6/9/2017).
Menurut Savic, Gus Dur pada dasarnya ingin mengingatkan agar jangan mudah mengatasnamakan Tuhan dan agama dalam sebuah gerakan.
Dia tidak menampik adanya kontradiksi antara modernitas dan nilai-nilai ideal Islam sebagaimana dipahami banyak orang.
Kontradiksi itu, kata Savic, tidak mudah untuk dipecahkan.
"Tapi lantas mengatasnamakan Tuhan untuk memusuhi modernitas bukan hal yang bijak," ucapnya.
Melalui tulisan 'Tuhan Tidak Perlu Dibela', lanjut Savic, Gus Dur mengajukan pendekatan sufistik untuk memecahkaan kontradiksi itu.
Secara tersirat Gus Dur mengingatkan agar manusia sadar bahwa Tuhan itu Maha Besar dan Maha Segalanya, yang tak perlu dibela dengan berapi-api.
"Karena boleh jadi kita bukan sedang membela Tuhan, melainkan membela kepentingan dan pandangan kita sendiri," kata Savic.(Kristian Erdianto)
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul: Kata Gus Gur, Tuhan Tidak Perlu Dibela...