Terpisah, Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Pengurus Pusat Pemuda Katolik Michelle Wondal mengingatkan kembali pemuda adalah agen perubahan dan itu terjadi di mana saja dalam suatu masa.
Secara politis, kegiatan “Clean Pray & Love” ormas-ormas pemuda yang dipelopori oleh Pemuda Muhammadiyah, diyakini akan menggerakkan pemuda seluruh Indonesia untuk melakukan hal yang sama tanpa memandang agama dan bahkan suku atau ras.
“Selama ini kita hanya melihat kebhinnekaan dari sudut agama. Padahal kebhinnekaan itu mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berangkat dari kehidupan antar suku, antar RT, antar RW, antar kelurahan bahkan antar daerah," ujar Michelle Wondal.
Menurut dia, justru konflik horisontal seringkali berawal dari RT, RW, leluruhan atau suku yang kemudian dipolitisir menjadi konflik agama. Sehingga penting mengawal kebhinnekaan dari tingkat bawah.
"Jika sudah sampai mempolitisir konflik horisontal menjadi konflik agama, seakan-akan itulah akar permasalahannya,” Michelle Wondal menambahkan.
Michelle mengingatkan dan berharap, jangan sampai pemuda mau menjadi kambing hitam yang rela menjadi aduan untuk kepentingan kelompok tertentu dalam situasi politik saat ini.
Dikatakan dia, kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sumpah para pemuda pada waktu itu dan sudah seharusnya, ormas pemuda memegang teguh sumpah itu.
Selain membersihkan mesjid, Ignasius Jonan juga menanam alpukat di pelataran samping masjid Jami’iyyatul Iman. Ia juga akan membantu pemasangan AC sesuai permintaan pengurus masjid.