TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jaringan Terduga teroris berinisial IM (31) yang ditangkap di Cirebon, Jawa Barat, akhirnya terungkap.
IM merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto mengatakan, IM telah berbaiat kepada kelompok terorisme ISIS pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi di Suriah.
"Hasil pemeriksaan dia anggota JAD. Berbaiat pada ISIS dengan pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi," kata Rikwanto ketika ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (20/9).
Baca: Polisi Pegang Bukti Foto Keterlibatan Tokoh Parpol dalam Sindikat Saracen
Menurut Rikwanto, aksi yang akan dilakukan IM tersebut merupakan rencana yang sudah dipersiapkan bersama kelompoknya.
"Dia melakukan itu dalam kaitan apa yang dia rencanakan bersama teman-temannya," ungkap Rikwanto seraya mengemukakan pihaknya akan terus mendalami sepak terjang IM bersama kelompoknya JAD.
"Kami dalami dia juga sudah ketemu siapa saja tokoh-tokoh JAD. Infonya dia setahun terakhir ini berubah," kata dia.
"Dari penuturan tetangga dia belakangan ini spesifik untuk pengajiannya, tertutup dan eksklusif. Ini mungkin cikal bakal dia jadi radikal," tambah Rikwanto.
Rikwanto juga mengatakan bahwa IM sengaja melakukan aksinya untuk eksistensi kelompoknya. "Dia memang sengaja membuat gaduh dalam rangka eksistensinya. Kalau ada Polisi yang lengah, dia serang kemudian dia mau ambil senjatanya," tutup Rikwanto.
Untuk diketahui, IM ditangkap di dekat Bandar Udara Cakrabhuana, Cirebon, Jawa Barat, Senin (18/9) sore. IM ditangkap jelang kedatangan Presiden Joko Widodo di Cirebon.
Dari hasil pemeriksaan dan penggeledahan ditemukan ada airsoft gun beserta gasnya, sangkur atau pisau, dan beberapa tulisan dan dokumen ajaran radikalisme.
IM yang ditangkap Densus 88 dan Polda Jawa Barat itu menyasar anggota kepolisian. Pelaku berencana mengambil senjata laras panjang dan melukai anggota kepolisian.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, jumlah warga negara Indonesia yang diketahui bergabung dengan kelompok radikal dan melakukan kegiatan teroris di Irak dan Suriah sebanyak 671 orang. Data tersebut dihimpun Densus 88 Antiteror dalam beberapa tahun terakhir.
"Jadi pria 524, wanita 147, jumlah seluruhnya 671. Ini terkait warga Indonesia yang ada di Suriah dan Irak," ujar Setyo, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/9) kemarin.
Orang-orang yang bergabung dengan kelompok militan ISIS itu disebut juga foreign terrorist fighters. Adapun, rincian WNI yang bergabung dengan ISIS dan masih hidup yakni 239 laki-laki, 104 perempuan, dan 99 anak-anak. Sementara itu, yang tewas sebanyak 95 anak-anak dan dua perempuan.
Ada pula WNI yang belum teridentifikasi dengan rincian 129 laki-laki, satu perempuan, dan dua anak-anak. Selain itu, sebanyak 105 WNI berhasil dicegah masuk ke Suriah dan Irak.
"Kemudian, WNI yang akan masuk Suriah dan Irak tapi bisa dicegah, 76 orang pria dan wanita 29 orang," kata Setyo.
Ada pula WNI yang dideportasi dari Turki, Malaysia, dan Singapura karena berniat pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Jumlahnya sebanyak 354 orang, terdiri dari 310 laki-laki dan 224 perempuan.
Setyo mengatakan, beberapa WNI yang sempat pergi ke Irak dan Suriah kembali ke Indonesia.
Jumlah mereka sebanyak 84 orang, terdiri dari 68 laki-laki dan 16 orang perempuan.
Diketahui pula ada warga negara asing yang tergabung dalam FTF yang masuk ke Indonesia. Jumlahnya 15 orang dan keseluruhannya laki-laki. Tak hanya WNI, ada juga WNA yang berangkat dari Indonesia menuju Irak dan Suriah sebanyak 3 orang laki-laki.
"Jadi total warga negara Indonesia dan warga negara asing yang terkait FTF di Indonesia ada 1478 orang. Ini adalah data dari Densus 88, dari hasil penyelidikan," kata Setyo.
Selain di Irak dan Suriah, ada pula WNI yang bergabung dengan kelompok radikal di Filipina. Sebanyak 13 orang WNI diketahui berada di Filipina saat ini.
Di samping itu, sebanyak enam orang dikembalikan ke Indonesia. Adapun, WNI yang diduga tewas sebanyak enam orang, semuanya laki-laki.
"WNI yang dideportasi dari Filipina yaitu sembilan orang, pria semua," kata Setyo.
Begitu tiba di Indonesia, WNI yang bergabung di FTF langsung dibawa ke Mako Brimob Polri dan dilakukan pemeriksaan oleh Densus 88. Mereka akan dipulangkan jika dianggap tak terkait tindak pidana terorisme di Indonesia. (tribunnews/fah/kps)