Meski tak ikut menculik dan mengeksekusi jenderal di malam jahanam itu, Ishak akhirnya tetap ditahan tanpa proses peradilan.
Hari itu juga, 1 Oktober 1965, dia bersama prajurit lain Cakrabirawa dijebloskan ke tahanan.
Ishak digelandang ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang selama 17 hari.
Kemudian dipindahkan ke Lapas Salemba hingga dibebaskan 13 tahun kemudian.
Ishak mengungkapkan, setiap langkahnya malam itu adalah pelaksanaan perintah atasan.
Oleh karena itu, dia tak mengetahui perkara politik yang melatarbelakangi gerakan ini.
Dia juga tak mengenal, apalagi terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI), yang dituding mendalangi penculikan para jenderal.
"Saya hanya seorang prajurit. Kewajiban prajurit harus hormat, taat, dan tidak melanggar perintah atasan," tuturnya kepada Tribunjateng.com.
Menurutnya, sore hari pada 30 September 1965, kondisi Jakarta masih tenang.
Sertu Ishak tengah memimpin regu kawal Soekarno yang akan membuka perhelatan penting, yaitu Musyawarah Besar Teknik di Istora Senayan.
Mendadak Letkol Untung mencegatnya di jalan.
Dia menarik Ishak menjadi pengawalnya.
Posisi Ishak sebagai komandan regu dialihkan kepada prajurit lain.
Terang dia tak berani mendebat perintah sang komandan.