TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan pengalamannya dua kali ditolak ke Amerika Serikat pada tahun 2015 dan 2016.
Yusril mengaku hendak bertolak ke Amerika Serikat karena diundang salah satu lembaga negara tersebut untuk berceramah.
Dua kali Yusril mendatangi Kedutaan Amerika Serikat, dua kali itu pula lah dia ditolak.
Padahal, Yusril mengaku sudah membayar biaya untuk mengurus visa.
"Tidak pernah dijelaskan alasannya apa. Saya sudah bayar biasa visa itu enggak pernah dikembaliin (uangnya)," kata Yusril saat ditemui di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (24/10/2017).
Yusril mengungkapkan ada perbedaan yang dia alami dengan yang dialami Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Gatot visanya sudah keluar dan ternyata tidak dizinkan masuk ke Amerika Serikat.
Baca: Setya Novanto Gugat ke PTUN, Ini Komentar Pimpinan KPK
Karena penasaran, mantan menteri kehakiman itu kemudian menanyakan kepada Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Amerika sebab permohonan visanya tidak keluar. Ternyata, Kemenlu dan Kedubes AS tidak bisa memberikan jawaban.
"Saya tanya ke Deplu dan Kedubes katanya hanya bisa dijelaskan oleh pihak Washington. Tapi sampai sekarang tidak pernah dijelaskan. Saya heran itu uang permohonan visa diambil tapi visa enggak dikasih," ungkapnya.
Untuk satu kali pengurusan visa, Yusril mengaku merogoh kocek Rp 30 juta karena turut serta membawa keluarganya.
Jadi, Yusril telah kehilangan Rp 60 juta dan tidak dikembalikan sampai sekarang.
Sebelumnya Panglima TNI sedianya akan menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang dilaksanakan 23 hingga 24 Oktober 2017 di Washington DC.
Dalam acara tersebut, Panglima TNI mendapat undangan resmi yang dikirim oleh Pangab Amerika Serikat, Jenderal Joseph F Durford Jr.
Namun, saat Panglima TNI bersama rombongan siap berangkat menggunakan maskapai penerbangan Emirates pada Sabtu (21/10/2017) pihak maskapai memberitahukan bahwa Panglima TNI bersama delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection.
Atas kejadian tersebut Panglima TNI Gatot Nurmantyo kemudian lapor kepada Presiden RI melalui ajudan, Menteri Luar Negeri dan Menkopolhukam.