Setelah jarak menjadi sangat dekat sekitar 10 mil, naluri Azhar sebagai pilot tempur terlatih segera bereaksi.
Spontan diaktifkannya switch sistem Air Combat Maneuver (ACM), agar sistem penembakan rudal mulai bekerja. Kedua Hawk sudah dalam kondisi siap siaga untuk melakukan duel udara (dogfight) dan rudal udara ke udara pun siap ditembakkan.
Kedua target rupanya tahu sedang dikejar dan radar peringatan dini milik kedua pesawat asing itu rupanya juga telah memberitahu tentang ancaman rudal kepada para pilotnya.
Kedua pesawat asing tiba-tiba melesat terbang untuk mencapai ketinggian 30.000 pada kecepatan 670 knot.
Suatu manuver tempur menghindar tapi juga sekaligus merupakan manuver untuk persiapan menyerang.
Mengetahui bahwa kedua pesawat yang menjadi target melesat menghindar, baik Kapten Azhar maupun Mayor Henry segera menyadari jika sasaran yang sedang dikejar adalah jet tempur dan bukan helikopter.
Tanpa membuang waktu, kedua Hawk segera melesat mengejar kedua target dalam kecepatan penuh, sambil terus membututi manuver menghidar kedua jet tempur lawan.
Dalam kondisi mengejar sambil mengekor sekaligus menyiapkan gempuran rudal, dogfight sengit sebenarnya telah berlangsung di atas Pulau Roti.
Pada posisi tactical lead, Kapten Azhar terus mempertahankan manuver dogfight untuk tetap dalam posisi mengejar dan siap melepaskan rudal.
Kejaran-kejaran antara jet tempur mutakhir pun berlangsung seru hingga akhirnya kedua Hawk berada pada ketinggian 30.000 kaki.
Pada saat itulah secara visual Kapten Azhar melihat dua titik hitam (silhoutte) yang terbang secara vertikal dalam kecepatan 675 knot.
Untuk menghadapi duel rudal, Kapten Azhar dan Mayor Henry segera mengambil posisi serang, sedangkan pesawat Hawk kedua pindah ke posisi belakang untuk memberikan perlindungan.
Pada posisi mengejar itu, tembakan rudal sebenarnya sedang mendapatkan posisi yang ideal.
Tapi kedua pilot Hawk belum berani melepaskan rudal udara ke udara tanpa adanya perintah yang disetujui oleh Panglima Tertinggi (Presiden).