Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wasekjen DPP Golkar Mukhtarudin mengungkap peta politik di internal Partai Golkar jelang pergantian Setya Novanto sebagai ketua umum.
Lantas bagaimanakah peta politik pemilihan ketua umum Partai Golkar setelah Setya Novanto ditahan KPK?
Mukhtarudin mengatakan jelang Munaslub Golkar, sudah ada 27 DPD I Golkar yang setuju Setya Novanto lengser.
Baca: Berkas Segera Dikirim ke Pengadilan, KPK Yakini Praperadilan Setya Novanto Gugur
Dengan kata lain, sudah 2/3 DPD Golkar telah bersepakat untuk mengganti posisi Setya Novanto yang kini ditahan KPK karena tersangkut kasus korupsi KTP elektronik.
"Penyelesaian kemelut ini semua sudah sepakat. Kira-kira 80 persen banding 20 persen lah. Artinya sisa 20 persen yang ingin status quo, itu ada di loyalis Pak Setnov," ujar Mukhtarudin, melalui pesan singkat, Jumat (1/12/2017).
Baca: Tim Sukses Airlangga Janjikan Rehabilitasi Kader Golkar yang Dipecat Saat Era Setya Novanto
Uniknya, hingga detik ini tidak ada calon yang diajukan kelompok loyalis Setya Novanto.
Bahkan Idrus Marham yang selalu mendukung Setya Novanto, justru tidak sepenuhnya bisa dikatakan sebagai loyalis Ketua DPR RI itu sekarang ini.
"Poros Pak Idrus itu ada di posisi abu-abu. Beliau melihat Setnov hanya dipakai untuk meneruskan posisinya. Tapi Pak Idrus sendiri tidak terlalu masuk di kelompok itu," kata Mukhtarudin.
Baca: Idrus Sebut Jokowi Punya Tanggung Jawab Jaga Suara Golkar Tidak Turun
Di sisi lain, kata Mukhtarudin, ada juga kelompok Aburizal Bakrie.
Ia mengatakan bahwa mantan Ketua Umum Golkar tersebut beberapa hari ini sudah melakukan sosialisasi dan konsolidasi untuk mendorong calon di Munaslub Golkar.
"Kalau kita lihat dari Munaslub sebelumnya, Pak Ical secara eksplisit mendorong Azis Syamsuddin. Kalau petanya tidak berubah, saya berpendapat beliau lebih condong kesana," terangnya.
Baca: Terkait Calon Ketua Umum Golkar, Ini Alasan Istana Condong Dukung Airlangga Hartarto
Ada pula kelompok Nurdin Halid yang belakangan dianggap punya poros sendiri.
Mukhtarudin menilai Nurdin memang mendorong diadakannya pergantian ketum melalui Munaslub, namun tidak ingin maju sebagai calon.
"Saya kira pak Nurdin tidak akan maju karena beliu konsentrasi untuk Pilgub Sulsel. Beliau juga sampai hari ini tidak menggalang kekuatan untuk maju," katanya.
Saat dikonfirmasi apakah Nurdin memiliki calon tertentu, Mukhtarudin mengaku tidak yakin.
Namun, ia menduga Nurdin memiliki pilihan (calon), akan tetapi hanya belum dideklarasikan saja.