"Saya pikir itu main-main, ternyata pada saat itu ditagih betul, ditagihnya Rp 40 miliar. Saya bilang 'nanti pak, jangan sekarang'," ujar La Nyalla.
La Nyalla mengatakan, Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Timur Soepriyatno, yang membisikkan Prabowo.
"Saya pikir Pak Prabowo tidak mungkin nurut sama Supri. Ternyata dia betul-betul nurut sama Supri, terbukti dengan minta uang Rp 170 miliar," ujar La Nyalla.
La Nyalla geram dengan Partai Gerindra yang tak jadi mendukungnya maju pada Pilkada Jatim.
Padahal, ia direkomendasikan oleh para ulama dan alumni 212 atau aksi bela Islam 2 Desember 2016.
"Cuma saya ingatkan kepada ulama dan umat, jangan mau lagi ditumpangi sama partai-partai yang tidak jelas. Ini ulama dan aksi bela Islam ini cuma ditumpangi, kemudian dia yang menikmati ternyata dia mencopeti orang-orang," ujar La Nyalla.
Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Al Khaththath berpandangan, kemenangan Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 tak lepas dari peran para ulama.
Al Khaththath melayangkan protes terhadap tiga partai politik, yakni Gerindra, PAN, dan PKS.
Ia menyesalkan, rekomendasi para ulama pada Pilkada serentak 2018 tak digubris tiga parpol tersebut.
Satu di antaranya, rekomendasi untuk mengusung La Nyalla Mahmud Matalitti pada Pilkada Jawa Timur 2018.
"Kami prihatin kasus yang dihadapi oleh La Nyalla," ujar Al Khaththath di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2018).
Menurutnya, terdapat lima kader atau alumni 212 yang direkomendasikan untuk diusung pada Pilkada tahun ini, termasuk La Nyalla. Rekomendasi itu, diserahkan kepada Gerindra, PAN, dan PKS.
"Dan juga beberapa nama yang kami ajukan kepada pimpinan partai agar kader dari aksi 212 itu dari 171 Pilkada kita hanya minta lima agar bisa diberikan rekomendasi khusus," ujar Al Khaththath.
Al Khaththath mengatakan, rekomendasi kelima nama itu, diserahkan langsung kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Presiden PKS Sohibul Iman. Pertemuan berlangsung di rumah Zulkifli.