TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Elektabilitas calon gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Barat yang diusung PDI Perjuangan yaitu TB Hasanuddin dan Anton Charliyan menjadi sorotan dalam survei yang baru saja dirilis lembaga SMRC (Saiful Mujani Research & Consulting) hari ini Kamis (15/3/2018).
Pasangan itu hanya memperoleh elektabilitas 2,8 persen selama survei yang dilaksanakan Maret 2018 itu.
Berbanding jauh dengan perolehan tiga kandidat lainnya yakni Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dengan elektabilitas 43,7 persen, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (30,7 persen), dan Sudrajat-Akhmad Syaikhu (4,6 persen).
"Bisa jadi ketidaksukaan kepada Presiden Joko Widodo membuat suara pasangan yang diusung PDI Perjuangan jeblok. Apalagi sekarang makin banyak masyarakat yang sebel kepada pemerintahan ini."
"Ingat saat Pemilu 2014 Pak Prabowo Subianto unggul mutlak atas Pak Jokowi sebanyak 60 persen suara dari 30 jutaan penduduk Jawa Barat. Jadi mereka yang menjadi tidak suka kepada Pak Jokowi beralih ke partai oposisi pemerintahan," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono saat ditemui di Kantor SMRC, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca: Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum: 1.000 Masalah 1.000 Inovasi
Ferry juga menilai kebijakan Anton Charliyan saat masih menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat yang lalu juga turut membuat elektabilitasnya di mata masyarakat Jawa Barat jeblok.
Anton Charliyan lah yang menetapkan status tersangka kepada imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab atas kasus dugaan pelecehan Pancasila.
Anton Charliyan juga pernah mengatakan peserta aksi 212 sebagai massa yang putus harapan.
"Masyarakat Jawa Barat level demokrasinya sudaj memiliki orientasi nilai. Pakai pencitraan apa pun sudah tidak mempan, Jawa Baray tidak bakal pilih Pak Anton apalagi dari pemilih muslim," pungkasnya.