Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kembali pecahnya konflik antara militer Israel dan warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza, membuat Keuskupan Agung Jakarta prihatin.
Seperti yang disampaikan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo yang mengatakan bahwa siapapun pastinya telah mengetahui konflik di wilayah tersebut telah terjadi sejak ribuan tahun silam.
"Kita semua tahu situasi di Palestina, di jalur Gaza, di Israel itu kan masalah yang sudah 3 ribu tahun tidak selesai," ujar Ignatius, saat ditemui di Gereja Katedral Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu (1/4/2018).
Menurutnya, kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memindahkan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem juga diduga menambah permasalahan antara Israel dan Palestina.
"Apalagi dengan masalah tambahan itu bahwa Trump mau memindahkan ibukota dari Tel Aviv ke Yerusalem, itu kan tambah mengacau," tegas Ignatius.
Ia pun menuturkan, pembahasan mengenai konflik di Jalur Gaza memang telah dilakukan dengan tokoh agama lainnya di Kantor Pusat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Baca: Hadiah Gaun Nikah dari Desainer Anne Avantie untuk Artika Sari Devi
Baca: Jelang Spektakuler Show 3 Besar, Ketiga Finalis Indonesian Idol Akui Saling Tolong Soal Urusan Vokal
Dalam pertemuan tersebut memang disebut bahwa konfik itu tidak akan selesai jika ditangani oleh pihak yang tidak berkaitan secara langsung dengan Israel maupun Palestina.
"Kalau pendapat saya pribadi sih, sama dengan yang kita bicarakan di Kantor Pusat PBNU waktu itu, (konflik) mereka (Israel dan Palestina) tidak akan pernah selesai kalau yang membicarakan itu orang luar," jelas Ignatius.
Oleh karena itu Ignatius menekankan sebaiknya konflik tersebut diselesaikan oleh kedua belah pihak dengan difasilitasi oleh negara yang memang menginginkan perdamaian.
Bukan difasilitasi negara yang memiliki kepentingan dalam perdagangan senjata seperti Amerika Serikat.
"Biarlah mereka yang berselisih itu berbicara, duduk bersama, difasilitasi oleh negara-negara yang memang maunya damai, bukan yang maunya jual senjata," kata Ignatius.
Lebih lanjut ia kembali menegaskan bahwa ada kepentingan yang luar biasa dibalik konflik yang terjadi sejak lama antara Palestina dan Israel.
"Mereka (Amerika) kan jual senjata, membuat perang agar senjatanya laku, susahnya seperti itu, dibalik yang kelihatan, banyak hal yang tidak bisa diduga kecuali oleh analis-analis yang paling cerdas," pungkas Ignatius.
Sebelumnya, ribuan warga Palestina melakukan long march di dekat perbatasan Gaza-Israel pada jumat (30/3/2018).
Mereka melakukan protes besar dan menyebabkan bentrokan dengan pasukan Israel, dalam bentrokan itu dilaporkan 50 warga Gaza mengalami luka-luka.