Sempat membenarkan posisi celananya, ia turut meneriakkan 'Hidup Buruh' mengikuti orasi dari Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf dan Amien Rais.
Barulah usai itu, ia dapat kesempatan tampil.
Orasinya penuh dengan semangat yang cenderung mengarah kepada luapan emosional.
Tiap kata dan kalimat hampir terdengar seperti Pigai berteriak.
Suara lantangnya menyeruak usai terdengar para massa buruh berteriak 'Ganti Presiden'.
"Ganti presiden!," teriak para buruh.
"Ganti! Ganti! Ganti! Sekalipun presiden diganti kita masih ada stok pemimpin bangsa yang lain," ujar Pigai.
Massa buruh pun bersorak dan berteriak tanda persetujuan atas ungkapan Pigai.
Warna 'adem' dari kemeja bermotif kotak-kotak perpaduan warna cokelat dan hijau yang ia kenakan nampak berbeda, dari tingkah lakunya yang terkesan berapi-api.
Ia menjelaskan teriakan ganti presiden itu atas ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah kepada para buruh.
Ia mengkritisi Peraturan Presiden (perpres) nomor 20 tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing (TKA).
Aturan itu dinilai tidak berpihak kepada buruh.
"Pengkhianatan besar terjadi dari orang-orang besar bukan orang kecil. Pemimpin tertinggi (Presiden) condong ke negara lain (bukan masyarakat sendiri)," jelasnya.
Lebih lanjut, ia turut mengomentari Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 Tahun 2015 terkait pengupahan buruh.