Sejak itulah ISKA menjadi ormas Katolik yang bersifat nasional serta berbentuk federasi. Salah satu tujuannya: mengawal Pancasila dari aksi-aksi distegrasi bangsa.
Kepengurusan ISKA dimulai dari Loo Siang Hien (1958-1960). Sejak itu ketua ISKA silih berganti, dari C. Sindhunatha (1960-1961), Que Sian Koen (1961- 1963), Jakob Oetama (1963-1985), J. Riberu (1985-1991), Djoko Wiyono (1991-1997), Charles Mangun (1997-2000), A. Sandiwan Suharto (2000-2003), Paulus Harli (2003-2009), Muliawan Margadana (2010-2017) dan V. Hargo Mandirahardjo (2017-2021).
Oleh karena itu, melalui Dies Natalis ke-60, ISKA ingin kembali mengukuhkan semangat untuk meneguhkan persatuan dan kesatuan bangsa Seperti penegasan yang pernah diserukan oleh Uskup Agung Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, “100% Katolik, 100% Indonesia”.
Pimpinan nasional organisasi cendekiawan Islam, Kristen, Hindu Budha, para akademisi, para pejabat negara, rohaniwan dan rohaniwati, profesional, politisi, perwakilan mahasiswa, serta tamu dari berbagai elemen masyarakat turut hadir memeriahkan Dies Natalis ISKA ke 60.
Perayaan 60 tahun ISKA dimulai dengan Misa Syukur Konselebrasi yang dipimpin oleh Mgr. Paulinus Yan Olla, Uskup Tanjung Selor Kalimantan Utara didampingi Romo Antonius Widyarsono SJ, Romo Antonius Haryanto Pr dan Romo Siswantoko Pr.
Pimpinan nasional organisasi cendekiawan Islam, Kristen, Hindu Budha, para akademisi, para pejabat negara pemerintah pusat dan daerah, para, rohaniwan dan rohaniwati, profesional, politisi, perwakilan mahasiswa, serta tamu dari berbagai elemen masyarakat turut hadir memeriahkan Dies Natalis ISKA ke - 60.(*)