TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa universitas kini menjadi sorotan karena disebut terpapar paham radikalisme oleh BNPT. Terlebih lagi, beberapa waktu lalu, sebuah kampus di Riau juga dihampiri kepolisian karena kasus terorisme.
Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah menyarankan untuk menangkal gerakan radikal di kampus dibutuhkan pendekatan budaya dengan rumusan dan strategi yang kekinian.
Selain Indonesia, diungkap Firmanzah negara lain seperti Singapura, Malaysia, Perancis juga terpapar radikalisme di lingkungan universitasnya. Dia juga meyakini, jumlah orang yang terpapar radikal di lingkungan universitas minim.
"Singapura, malaysia, perancis juga terpapar. Saya masih yakin mereka yang terpapar radikalisme jumlahnya lebih kecil dibanding populasi kita. Jadi jangan seolah yang kecil ini lantas menjadi seolah faktor dominan. Kita punya masyarakat yang toleran, harmoni. Saudara kita di Papua misalnya ada tempat di mana masyarakat muslim dan non muslim membaur saat hari raya," ungkap Firmanzah.
Lebih lanjut pengajar UIN Syarif Hidayatullah, Ali Munhanif juga menyarankan pentingnya organisasi ekstra kampus untuk kembali didorong memerangi paham radikal.
"Bahwa kampus sebagai living community harus dihidupkan lagi. Beri kegiatan yang lebih, aktivitas agama, sosial, jangan beri ruang untuk intimidasi dan lainnya. Jadi radikalisme dan kelompok yang membawanya tak bisa bertemu," kata Ali Munhanif.