TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menegakkan kedaulatan di perbatasan bukan sekadar urusan keamanan, tapi juga kesejahteraan.
Pembangunan di wilayah perbatasan Indonesia merupakan wujud nyata bahwa negara hadir di dua hal tersebut, kemanan dan kesejahteraan.
Utamanya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat di perbatasan, serta meyakinkan bahwa mereka merupakan bagian penting dari bangsa ini.
"Ketika hidup masyarakat kita di perbatasan sudah baik, maka mereka dengan sendirinya akan berpikir tentang keamanan," kata Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Menurutnya, sebagai negara yang merentang luas dan berbatasan dengan negara lain, Indonesia tidak terhindarkan dari masalah-masalah di perbatasan.
Baca: Kisah Konglomerat Asal Medan Kabur ke Malaysia, Singapura dan Malaysia, Tertangkap di Cengkareng
Mulai dari pergeseran patok, sampai kejahatan transnasional berupa penyelundupan atau imigran ilegal.
Dalam konteks tersebut, Moeldoko menjelaskan bahwa pemerintah akan menggunakan dua model pendekatan. Yaitu kesejahteraan dan juga keamanan.
"Kurang tepat bila batas negara dikelola dari sisi keamanan,” kata Moeldoko.
Purnawirawan jenderal bintang empat yang pernah menjadi Panglima Daerah Militer Tanjungpura, di perbatasan dengan Malaysia, di Kalimantan Barat, tahun 2010 lalu, ini menjelaskan, bahwa bila pendekatan keamanan saja yang diutamakan, maka negara akan menempatkan personil militer dan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) di sepanjang 2000 km perbatasan antara Kalimantan dengan Malaysia.
"Lebih efisien mana kalau kita bangun basis perekonomian di daerah itu?" katanya.
Atas dasar pertimbangan itu pula lah, tahun ini pemerintah membangun empat pasar bernama Toko Indonesia di Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Malaysia.
"Sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya terjamin, hidup dengan baik," kata Moeldoko.
Pelibatan masyarakat di perbatasan dalam menjaga kedaulatan negara itu, ia sebut dengan konsep Public Private People Partnership.
"Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam pembangunan, jadi menimbulkan sense of belonging," kata Moeldoko.