"Contohnya ini Ustaz Abdul Somad ini ulama yang baik. Ulama yang rahmatan lil 'alamin. Dipuji-puji antum Ustaz."
"Hatinya baik, hatinya suci."
"Makanya, Ustaz Abdul Somad tidak akan mau maju menjadi cawapres."
"Itulah salah satu diplomasi yang umum."
"Mereka akan melakukan berbagai macam cara agar antum tidak menjadi cawapres," ungkap pria yang juga dikenal sebagai penulis itu.
"Sadar atau tidak umat dan ulama. Bahkan non-muslim sekali pun. Asalkan di dalam hatinya dan pikirannya ada kesucian. Yang lama hidup di Indonesia. Minum airnya Indonesia, mencari nafkah di Indonesia, menghirup udara Indonesia. Tidur dan tinggal di Indonesia. Sudah jadi orang Indonesia. Tidak ada kepentingan apa-apa. Maka saya yakin dia akan mendukung dan bahagia kalau antum mau menjadi cawapres."
"Duet Pak Prabowo dan antum adalah solusi obat yang mujarab. Di satu sisi antum ditakuti, dan di satu sisi antum harapan umat, harapan ulama," lanjutnya.
"Antum mundur. Tapi saya yakin hati orang masih bolak-balik. Walaupun antum menolak dengan halus. Insya Allah masih ada waktu. Saya mewakili umat ya Ustaz Abdul Somad. Saya bukan orang yang suka memaksa antum."
"Tapi ini suara umat, suara ulama."
"Mudharat dan manfaatnya untuk kondisi saat ini insya Allah akan banyak manfaat kalau antum maju."
"Mudahan-mudahan antum akan mematahkan hukum kalau saya boleh lebai karna itu. Itu patah kalau antum bisa masuk kesana."
"Bahwa ada ulama, orang yang pintar agama yang masuk ke dalam sistem dan terbukti sistemnya yang bersih. Masuk dalam istana dan Alhamdulillah istananya bersih," ujar dia sebagimana dilansir dari Tribun Sumsel.
Saat dirinya mengaku hanya sebagai pendakwah saja, ia pun memosting poster Al Habib Salim Segaf Al-Jufri dan Prabowo Subianto.
Katanya adalah pasangan yang seimbang.
Dalam poster tersebut terdapat keterangan soal karakter Prabowo dan Salim Segaf Al-Jufri.
"DUET MAUT TENTARA-ULAMA Pimpin & Jaga NKRI," begitu bunyi judul dalam poster yang diunggah pada Minggu (29/7/2018) ini.
Lewat caption unggahannya, Ustaz Somad menuliskan alasannya kenapa Prabowo-Habib Salim disebutnya sebagai pasangan seimbang.
Ustaz Somad juga menuliskan tentang penolakan putra Sayyidina Umar menjadi khalifah.
"Selamat! Ternyata kerumunan sudah berubah menjadi barisan kekuatan.
Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan Ulama, Jawa non-Jawa, nasionalis-religius, plus barokah darah Nabi dalam diri Habib Salim.
Biarlah saya jadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah sahara.
Tak sungkan berbisik ke Habib Salim, tak segan bersalam ke Jenderal Prabowo.
Setelah Sayyidina Umar bin Khattab wafat, sebagian Sahabat ingin membaiat Abdullah -anak Sayyidina Umar- sebagai pengganti.
Beliau menolak lembut, karena bidang pengabdian ada banyak pintu.
Fokus di pendidikan dan dakwah.
Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Abdul Somad," tulis Ustaz Abdul Somad.
Dalam kesempatan lain, Abdul Somad kembali menegaskan omongannya.
Seperti video yang diunggah akun Youtube Tafaqquh pada Senin (30/7/2018).
Dalam video tersebut, Ustaz Abdul Somad memberikan ceramah di kota Semarang, Jawa Tengah.
Ustaz Abdul Somad dalam ceramahnya tersebut mengaku bahagia mendapat sambutan yang luar biasa dari warga Semarang.
Bahkan Ustaz Abdul Somad merasa disambut seperti wakil presiden.
"Biasanya yang menyambut saya itu panitia, sekretaris, bendara, tapi di Semaranga Masya Allah, begitu saya turun dari pesawat yang menyambut saya TNI, Polri, tapi kok saya merasa disambut seperti wakil presiden" ujar Ustaz yang kerap disapa UAS tersebut.
Riwayat Hidup
UAS lahir di sebuah kampung yang bernama Silo Lama, Silau Laut, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Ia lahir pada hari Rabu, 18 Mei 1977 atau 30 Jumadil Awal 1397 H.
Kakek moyangnya adalah Syekh Abdurrahman yang pernah belajar ilmu agama Islam di Mekkah, Arab Saudi.
Sepulangnya dari Mekkah, Syekh Abdurrahman menghadap Sultan Asahan dan diberikan sebidang tanah yang kemudian di atasnya dibangun sebuah rumah.
"Lalu dibuatnyalah rumah yang masih ada sampai sekarang, namanya rumah besar, satu arsitek dengan Istana Lima Laras di kabupaten Batubara, Sumatera Utara," ujar Ustaz Abdul Somad.
Di tempat itulah Syekh Abdurrahman membangun biduk rumah tangga hingga turun-temurun sampai ke generasi Ustaz Abdul Somad.
"Kemudian beranak pinaklah Syekh Abdurrahman tadi, punya anak perempuan bernama Siti Aminah, Siti Aminah punya anak perempuan bernama Hajjah Rohana, Hajjah Rohana punya anak itulah saya Abdul Somad," tutur UAS.
Walaupun moyangnya adalah seorang Syekh, Ustadz Abdul Somad tidak dianggap demikian, sebab Sumatera Utara menganut paham patrilinial atau berdasarkan keturunan ayah.
"Tapi saya tidak dianggap keturunan Tuan Syekh karena dari pihak perempuan. Makanya kalau ada yang bertanya keturunan Tuan Syekh, tidak saya bilang. Terus, ayah saya petani, orang biasa. Kami bukan keturunan bangsawan, bangsa yang hidup di awan," kata UAS.
Ustaz Abdul Somad menempuh pendidikan dasar di SD Al-Washliyah Medan dan tamat tahun 1990.
Ia lalu melanjutkan ke MTs Mu'allimin Al-Washliyah yang juga masih di Medan dan tamat tahun 1993.
Selama satu tahun setelahnya, UAS menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Arafah, Deliserdang, Sumatera Utara.
Kemudian keluarga UAS memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, bekas kerajaan Melayu Pelalawan yang merupakan pecahan dari Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Di tanah perantauan itu UAS melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu sampai lulus tiga tahun kemudian.
Pada tahun 1998, UAS mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
UAS dan 99 orang lainnya berhasil menyingkirkan 900 peserta yang ikut seleksi.
"Lalu kemudian melanjutkan ke Universitas Al-Azhar tahun 1998 sampai 2002. Empat tahun saya pulang, melanjutkan ke UKM, Universiti Kebangsaan Malaysia jurusan FPI, Faculti Pengajian Islam," ucap Ustad Abdul Somad.
Namun Di UKM Malaysia, UAS hanya sempat kuliah selama dua semester saja.
Ia kemudian mendapatkan beasiswa S2 dari The Moroccan Agency of International Cooperation di Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko.
"Lalu dapatlah tahun 2004 saya berangkat, 2006 akhir dapatlah gelar setelah dua tahun di sana dari Darul Hadits di Rabat, nama gelarnya DESA. Tapi malu saya memakainya. Masa jauh-jauh balik Desa. Jadi saya tulis ajalah Lc, MA. Karena kebanyakan orang pakai MA," kata UAS.
Menurutnya, Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko, setiap tahunnya hanya menerima 20 mahasiswa melalui jalur beasiswa.
15 di antaranya diperuntukkan bagi pelajar Maroko dan 5 sisanya diperebutkan oleh pelajar dari seluruh dunia.
"AMCI memberi beasiswa tujuh tahun, saya baru habiskan dua tahun, berarti ada jatah lima tahun lagi. Tapi kata emak saya waktu saya mau lanjut Doktor, tak ada gunanya kau balik Doktor kalau aku almarhumah. Akhirnya saya baliklah. Itulah mengapa saya tak Doktor. Kesal seumur hidup tak dapat dijemput balik. Makanya kalau udah salaman, kenalkan Doktor, aduh ciut saya," ujar UAS.
Setelah selesai wisuda, UAS menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Arab Saudi.
Kebetulan waktu itu musim haji pada bulan Desember.
Selesai berhaji, UAS terbang dari Jeddah ke Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam menggunakan pesawat Royal Brunei.
"Itulah singgah saya ke rumah guru saya Haji Armawi Abdurrahman. Beliau juara Musabaqoh Tahfiz Quran di Mekkah Al-Mukarramah tahun 1987-1988. Kemudian beliau mengajar di Pondok Tahfiz Quran. Jadi saya dapat info, ustad saya mau datang ke Brunei, datanglah, maksudnya mau transit kalau bisa dapat kerja di Brunei," tutur UAS.
Setelah melamar pekerjaan ke sejumlah tempat, UAS lalu pulang ke rumah orangtuanya di Riau dan menjadi dosen di sebuah universitas swasta.
Ia kemudian mengikuti tes untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. UAS mendapatkan kabar bahwa dirinya diterima sebagai dosen kontrak di universitas yang ada di Brunei Darussalam.
"Hari itu pikiran bercabang. Kata emak saya tak usahlah kau pergi lagi karena sudah terlalu lama jauh. Anak tak banyak, saya anak pertama adik saya anak ke-dua. Kau di sini sajalah walaupun hujan batu di sini hidup juga kau nanti. Itu skenario Allah SWT," ucap UAS.
Penulis: Satia
Berita ini sudah tayang di Tribun Medan dengan judul: Ustad Abdul Somad (UAS) Blak-blakan Soal jadi Cawapres saat Ceramah di Sumut