TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eksistensi seniman Bali saat ini sungguh ironis atau lebih tepatnya di ujung tanduk.
Pasalnya, saat ini sebagian karya mereka hanya dianggap barang kerajinan (handicraft).
Fakta ini mendorong kolektor seni, Daniel Jusuf menggelar Dwitunggal Painting Exhibition yang menampilkan dua seniman sekaligus yakni Ida Bagus Putu Sena dan I Ketut Budiana.
Dua pameran solo tersebut rencananya dihelat di Museum Puri Lukisan (milik Yayasan Ratna Wartha Ubud). Pembukaan dihelat, Kamis (6/9/2018) mendatang di Ubud, Bali.
Daniel mengatakan, mengangkat seniman Bali adalah sebuah keharusan.
“Seniman Bali punya ciri khas. Kekuatan mereka pada spiritualitas dan budaya yang sangat kental. Ditambah teknik lukis yang masih tradisional,” katanya di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Daniel menyebut, kedua pelukis ini sama-sama menggunakan teknik lukis tradisional Bali namun soal ide lukisan mereka berbeda.
Baca: Daftar Penginapan Rp 200 Ribu di Ubud Bali yang Cocok Buat Bulan Madu
Lukisan Budiana berkarakter sangat kuat. Memiliki aura "mistis, karismatik yang dituangkan dalam bentuk karya yang tidak biasa.
“Namun sesungguhnya kaya makna. Kental dengan pengalaman batin, spiritual, agama, budaya, dan perjalanan hidup sang pelukis,” katanya.
Lukisan mereka inilah art (mengandung nilai seni tinggi) yang sesungguhnya karena melukis tanpa objek.
“Objeknya apa? Perenungan. Kontemplasi. Dibalut budaya dan spiritualitas. Jadi tidak ada objek lukis nyata," katanya.
I Ketut Budiana mengaku bersyukur ada kolektor seni yang memiliki kecintaan luar biasa terhadap karya-karyanya.
"Lukisan yang akan dipamerkan merupakan masterpiece. Tiga lukisan berukuran besar yang saling berkesinambungan," jelas pelukis yang karya-karyanya dikoleksi berbagai museum di berbagai negara.
Baca: Ada Cerita Unik di Balik Sukses Tiara Andini Meraih Medali Emas Asian Games 2018
Sementara Ida Bagus Putu Sena karyanya kaya akan sejarah dan detail dan sebagian besar didominasi warna-warna bumi.