TRIBUNNEWS.COM - Jangan pernah percaya dengan adanya kabar berupa ramalan atau prediksi gempa yang akan terjadi.
Pasalnya, hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan akan terjadi gempa bumi berikut magnitudonya.
Hal ini tak lepas dari sifat gempa yang datangnya tiba-tiba.
Demikian dikatakan Kepala Bagian Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rudy Suhendar di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Hingga saat ini, yang dapat diprediksi adalah potensi maksimum magnitudo dan dampak intensitasnya," ujar dia, dilansir dari Kompas.com.
Rudy mengatakan, di beberapa wilayah sudah tersebar peralatan pemantau guncangan.
Sebab, semua wilayah sangat berpotensi mengalami gempa bumi.
Dengan adanya alat pemantau itu, bisa dilihat bagaimana pergerakan tanah.
"Kalau tsunami bisa dibuat alatnya, tapi gempa kan bisa tiba-tiba," kata Rudy.
Menurut Rudy, saat ini yang terpenting adalah bagaimana memitigasi atau mengurangi risiko bencana.
Di sisi lain Badan Geologi terus berinovasi dengan teknologi canggih agar dapat mengantisipasi bencana sejak dini.
Selama belum bisa diramalkan kapan terjadi, yang bisa dilakukan saat ini satu di antaranya adalah adalah mendelineasi sumber gempa bumi.
Kemudian, mengestimasi periode ulang gempa bumi.
Di Palu, kata Rudy, gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu bukan pertama kalinya.