Semangat itulah yang mengubah pahitnya kanker menjadi senyuman, bukan lagi ratapan kesedihan.
"Tahun ini adalah tahun yang berat bagi saya. Namun dukungan orangtua, keluarga, dan teman-teman membuat saya kuat menjalaninya. Terima kasih banyak kepada semua yang telah membantu saya bangkit dan menghadapi kehidupan dengan senyuman dan bukan kesedihan," kata Sutopo.
Sutopo sadar, senyumnya memang bukan karena kebahagiaan hidupnya, namun ia hanya ingin selalu bersyukur.
"Senyuman di setiap hariku bukan karena hidupku sempurna, tapi karena saya bersyukur untuk setiap rahmat dan nikmat yang diberi olehNya," ucap Sutopo.
Baginya selain berikhtiar dengan berobat, tentu tetap memohon kemurahan Tuhan sang pencipta alam dan maha segala obat untuk menyembuhkannya.
"Saya mohon doa agar saya bisa sembuh. Selalu berdoa memohon belas kasihan Allah SWT untuk mengangkat semua penyakit di tubuh saya tanpa meninggalkan penyakit lain.
Bagi Sutopo, akan lebih baik jika memilih untuk membuat sisa hidup sebagai sebuah pemberian, dan hidup memberikan kita keistimewaan, kesempatan, dan tanggungjawab untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
"Hidup yang selalu bisa melayani masyarakat untuk mengabdi negeri dengan ikhlas, kerja keras dan bersyukur," pungkasnya.