Menjadi pengungsi
Setelah berjuang lama, pada Sabtu sore ibunya bisa dibebaskan dari jepitan material rumah.
Ia membawanya ke tempat pengungsian.
Dengan tertatih-tatih, Arifin menggendong ibunya.
Perjuangan tak kenal lelah berbuah keberhasilan. 24 jam Harina meringkuk tak berdaya di puing-puing rumah bercampur lumpur di Petobo.
Ia nyaris putus asa, namun doa terus ia panjatkan agar bisa selamat dari bencana ini.
Ia bahkan telah membayangkan jika akhir hidupnya dalam kondisi seperti ini ia sudah menerima ikhlas, ia seperti menghadapi kematian di samping anak kandungnya yang tengah berusaha menyelamatkan.
Namun kehendak Tuhan berkata lain, doanya dan doa anaknya dikabulkan Tuhan.
Ia bisa diselamatkan.
“Jika saya pasrah menerima nasib ini, mungkin ibu saya sudah tak terselamatkan, saya bersyukur,” ujar Arifin.
Tidak ada perawatan bagi Harina, ia hanya dibawa ke tenda pengungsian.
Wanita sepuh ini pasrah dengan terluka.
Namun pada Kamis (18/10/2018) siang Harina dijumput petugas kesehatan untuk dibawa ke rumah sakit.
“Ada polisi yang membawa ibu ke Rumah Sakit Bayangkara,” kata Ramna.