Ia pun butuh waktu tiga tahun untuk menemukan formula kaca anti peluru produknya.
Tidak hanya dari komposisi bahan baku, ia mengatakan formula urutan lapisan kaca juga menjadi bahan pertimbangan sendiri.
Baca: 21 Proyek Abal-abal di Pemkab Lampung Selatan Terbongkar
"Selama tiga tahun kami uji terus sampai mendapatkan formula yang sekarang," kata Dody.
Meski begitu, ia mengklaim harga produknya jauh lebih murah sepertiga sampai separuh jika dibandingkan dengan produk impor.
"Saya juga heran kalau ada pihak-pihak di Indonesia yang masih mau menggunakan produk impor, padahal saya berani jamin kekuatannya sama," kata dia.
Ia pun mengklaim perusahaannya menjadi satu-satunya produsen yang memproduksi kaca antipeluru di Indonesia.
Ia menceritakan, sejak dirinya merintis perusahaan pada 2018, sudah ada tiga jenis kaca antipeluru yang diproduksi.
Produk pertama adalah kaca anti peluru setebal 22 mm yang memiliki tiga lapisan kaca PVB polycarbonate dengan bobot 55 kg per meter persegi.
Kaca itu sendiri bisa menahan terjangan peluru tumpul berkaliber 9 mm, 38 mm spesial, 35,7 magnum, dan 44 magnum.
Produk kedua adalah kaca anti peluru setebal 42 mm yang terdiri dari 4 lapis PVB polycarbonate dengan bobot 105 kg per meter persegi.
Kaca jenis itu bisa menahan terhangan peluru tajam senapan serbu berkaliber 5.56 mm.
Produk ketiga adalah kaca anti peluru setebal 52 mm yang terdiri dsri PVB polycarbonate dengan bobot 130 kg per meter persegi.
Kaca jenis itu bisa menahan terjangan peluru tajam kaliber 7,62 mm.
"Itu bisa untuk menahan senapan laras panjang yang biasa digunakan sniper," jelasnya.