TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hastuti Haji Toba menepuk dadanya ketika menceritakan firasatnya terhadap anak keduanya, Nurul, Rezkianti (22) yang menjadi penumpang pesawat Lion Air JT 610.
Awalnya, warga Kecamatan Palu Selatan yang dekat dengan kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah itu mengira hal itu dampak gempa yang melanda tempat tinggalnya tepat sebulan lalu.
Karena merasakan dadanya sangat hampa dan lemas bahkan Hastuti sempat meminta suaminya, Hasanudin MT, untuk mengantar ke psikolog.
"Cuman kemarin merasa lemas. Saya pikir karena pengaruh gempa, jadi saya ngerasa kosong di sini (sambil menepuk dada). Saya bilang sama bapaknya, kayaknya mau ke psikolog karena rasanya kosong ini (menepuk dada)," kata Hastuti di dermaga JICT 2 Tanjung Priok pada Rabu (31/10/2018).
Hastuti masih bisa bersyukur karena seluruh keluarganya dan haeta bendanya selamat dalam gempa dan tsunami yang melanda Palu, Sulawesi Tengah sebulan lalu.
Namun, Hastuti masih penasaran akan nasib putrinya yang bekerja di AISEIC untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia.
Meski ia sendiri mengaku telah diambil DNA-nya untuk keperluan identifikasi di RS Polri Kramat Jati dan diberi KTP dan identitas lain milik putrinya pada Selasa (30/10/2018), namun ia bersama adiknya dan dua anaknya datang ke dermaga JICT 2 untuk melihat sendiri proses evakuasi korban dan puing pesawat.
Ia masih mengingat kata-kata terakhir anaknya kepadanya lewat sambungan telpon sehari sebelum anaknya berangkat menuju Bangka untuk bekerja.
"Dia cuman bilang bu saya mau ke Bangka sambil ngomong sambil cerita ketawa-ketawa. Dia sama temennya dari Palu.Terus dia bilang, 'saya makan dulu ya, sebentar saya telpon lagi'. Cuman malam itu karena Palu kan lagi ini setelah peristiwa kemarin, jadi jam 20.30 sudah pada tidur," kata Hastuti.
Baca: PAN: Taufik Kurniawan Belum Minta Bantuan Hukum
Hastuti juga masih ingat cita-cita terakhir anaknya. Hastuti bercerita, anak keduanya yang bekerja di organisasi internasional untuk pengembangan potensi dan jiwa kepemimpinan pemuda terbesar di dunia, AIESEC, telah bekerja sejak tahun 2017 untuk mengembangkan pariwisata di Ambon.
Setelah berhasil mengembangkan pariwisata di Ambon, anak kedua Hastuti kemudian dipindahkan ke Bangka Belitung untuk mengembangkan pariwisata di sana.
Anak keduanya itu juga pernah bercerita kepada Hastuti kalau ia sempat ditawari AIESEC untuk berkerja di luar negeri seperti anak pertamanya yang saat ini di Turki dan bekerja untuk AIESEIC.
"Cita-citanya (Nurul) tinggi sekali. Dia pengen membangun Indonesia. Dia dipanggil AIESEC ke luar negeri tapi dia bilang Indonesia dulu. Dia maunya Indonesia dikenal dunia dulu pariwisatanya," kata Hastuti dengan mata yang berkaca-kaca.
Meski hingga hari ketiga operasi evakuasi SAR atas jatuhnya pesawat yang ditumpangi anak keduanya, Hastuti masih berharap Tuhan berkehendak lain.
Ia berharap Nurul yang memiliki tanda lahir di bahu sebelah kanan itu bisa ditemukan dalam keadaan hidup dan sehat.
Sama seperti kehendak Tuhan yang menyelamatkan dirinya sekulearga dari bencana gempa dan tsunami di rumahnya, di Palu.
"Sebelum ada keputusan terakhir saya masih berharap dia masih dapat pertolongan yang kuasa. Karena kemarin saya belajar dari peristiwa di Palu. Alhamdulillah nggak ada yang kena," harap Hastuti.
Setelah kejadian kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, satu harapannya bagi maskapai Lion Air.
"Pesawat Lion Air kalau terbang jangan pas waktu adzan. Karena di Palu itu rata-rata terbangnya di saat adzan. Harapan saya kalau boleh sebelum atau setelah adzan lah terbangnya. Kadang kita sementara salat itu Lion di atas," kata Hastuti.