Kemudian Yenny juga menghadiri Forum Comission on the Status of Women (CSW) di PBB. Forum tersebut merupakan forum tahunan yang menghadirkan delegasi dari berbagai negara di dunia.
Undangan dan penunjukan dirinya, seringkali berisifat pribadi. Meski begitu, ia tak menampik jika hal itu terkait dengan kedekatan dan aktivitasnya bersama Nahdlatul Ulama, organisasi Islam dengan keanggotaan mencapai 80 juta jiwa.
Apalagi, hampir seluruh waktu dan pikirannya ia curahkan untuk Wahid Foundation.
”Saat ini fokus saya membangun jaringan internasional untuk kampanye perdamaian. Alhamdulillah kami mulai mendapat pengakuan dari lembaga-lembaga dunia. Misalnya belum lama ini kami baru bekerjasama dengan UN Women-lembaga PBB yang menangani masalah perempuan untuk menjalankan program Perempuan Untuk Perdamaian”, ungkap Yenny dalam keteranganya.
Di Dubai Yenny bicara dalam salah satu sesi tentang Women Deliver Peace, atau peranan perempuan dalam memperjuangkan perdamaian.
Baca: Baca Puisi di Tengah Konser, Yenny Wahid:Selamat Ulang Tahun KLa Project, Semoga Tetap Menginspirasi
”Saya paparkan tentang program kami bernama Desa Damai, Program Desa Damai bertujuan untuk memberikan tingkat harapan hidup lebih besar dan lebih tinggi,” tutur Yenny.
Menurut Yenny, dalam forum itu ia menjelaskan bagaimana mempromosikan perdamaian di dunia terutama oleh Umat Muslim.
Bagaimana membangun aliansi diantara berbagai peradaban, kebudayaan dan agama agar tercipta perdamaian dunia.
”Para ulama disini sepakat bahwa tidak ada gunanya bertikai soal agama. Terutama dari sudut pandang teologi. Justru kita harus mencari titik temu antar agama,” ujar Yenny.
Seperti diketahui, sebelum ke Dubai, Yenny bersama PBB memulai program perempuan untuk perdamaian dengan fokus perempuan di desa.
Pada tahun 2017 lalu Yenny juga menjadi perwakilan Indonesia dalam pembentukan dewan toleransi dan perdamaian global di Pulau Malta. Dalam pembentukan dewan tersebut Yenny bersama perwakilan tujuh negara lainnya antara lain AS, Mesir, UEA.