News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Irjen Pol Suntana Paparkan Bahaya Penyebaran Disinformasi di Media Sosial

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Kepala Intelijen dan Keamanan Polri, Irjen Pol Suntana saat menjadi keynote speaker diskusi publik bertajuk Generasi Milenial dan Politik untuk Merawat Keutuhan NKRI di Hotel Amos Cozy, Jl Melawai, Jakarta Selatan, Selasa (8/1/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Kepala Intelijen dan Keamanan Polri, Irjen Pol Suntana menjadi keynote speaker diskusi publik bertajuk "Generasi Milenial dan Politik untuk Merawat Keutuhan NKRI" di Hotel Amos Cozy, Jl Melawai, Jakarta Selatan, Selasa (8/1/2019). 

Suntana memaparkan ancaman baru dalam Pemilu 2019 dan erat kaitannya dengan generasi milenial.

Acaman baru yang terkait dengan generasi milenial yang dimaksud Suntana ini adalah tentang penyebaran disinformasi di media sosial, melalui twitter, instagram dan media sosial lainnya.

"Disinformasi ini dapat diartikan secara sederhana, sebagai informasi yang salah atau untuk membingungkan orang lain. Bahkan dalam literasi ada yang menyebutnya sebagai usaha subversif," papar Suntana di depan ratusan mahasiswa, pemuda dan tokoh aktivis lintas generasi dalam diskusi tersebut.

Menurut Suntana, penyebaran disinformasi bisa bertujuan menciptakan impresi palsu dengan membiarkan informasi yang tidak benar terus menyebar secara organik dengan memanfaatkan algotitme media sosial ataupun menggunakan tanda pagar (#Tagar).

"Motivasi menyebarkan informasi salah itu untuk datang uang. Semakin banyak jumlah pengguna internet yang meng-klik artikel mereka, makin banyak uang yang didapat," kata Suntana.

Karena ancaman tersebut, Suntana mengajak semua pihak dan pemangku kepentingan, termasuk generasi milenial, untuk mewaspadai ancamam baru yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa ini. 

Menurut dia, ancaman untuk menggoyahkan keutuhan Negara Kesatuan Bangsa dan Negara Indonesia (NKRI) selalu ada.

Sejarah panjang berdirinya NKRI yang terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama ini telah membuktikan bahwa hal tersebut tidak pernah berhasil. Karena rakyat dan bangsa Indonesia dengan teguh merawat keutuhan NKRI.

"Tapi seiring dengan perjalanan Pemilu 2019 terdapat indikasi yang cenderung mengarahkan masyarakat untuk memperajam perbedaan dan keberagaman melalui isu politik identitas yang dikemas dalam kampanye hitam, ujaran kebencian atau hoaks dengan menggunakan dunia maya dan media sosial," katanya.

Di tempat yang sama, mantan Ketua Umum DPP IMM, Beni Pramula membagi generasi milenial tiga katagori.

Pertama, milenial akademisi. Generasi ini, kata dia, rajin ke kampus, mengerjakan tugas, taat pada dosen, IP tinggi dan setelah lulus kuliah mereka bekerja di perusahaan-perusahan besar dengan gaji yang cukup besar pula.

Kedua, generasi milenial romantis. Generasi semacam ini abai terhadap kegiatan-kegiatan sosial. Dia lebih mengedapankan gaya hidup yang cantik, tampan dan kemewahan. 

Ketiga, generasi milenial organisatoris. Generasi semacam ini, menurut Beni, hidupnya lebih banyak dipertaruhkan untuk kepentingan sosial.

"Dia memperkaya pengetahuannya di organisasi. Kalau ditanya pacarnya ada dimana, ia jawab neng, ini saya lagi rapat menbahas kenaikan BBM," ucap Beni dalam diskusi publik yang diselenggarakan Generasi Satu Indonesia (G1I) bekerjasama dengan Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (DPP PGK) ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini