Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meluncurkan 'Buoy Merah Putih' untuk dipasang di area Gunung Anak Krakatau (GAK), Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyebutkan dimana titik peletakkan alat deteksi gempa tersebut.
Ia mengatakan bahwa buoy generasi ketiga itu diletakkan hanya berjarak sekitar 5 km dari GAK.
Sedangkan jika diukur dari jarak tepi pantai sekitar 100 hingga 200 km.
"Buoy akan diletakan 5 km dari Gunung Anak Krakatau dan 100 - 200 km dari pantai, untuk Mega Thrust," ujar Hammam, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (10/4/2019).
Mantan Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT itu pun menyampaikan cara kerja buoy tersebut.
Melalui buoy itu, sinyal data gelombang laut akan terkirim secara real time masuk ke Pusat Data Buoy Indonesia (PDBI) yang ada di BPPT.
"PDBI selanjutnya akan mengirimkan data tsunami ke Tsunami Early Warning Center," kata Hammam.
Perlu diketahui, buoy itu telah dibawa menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV milik BPPT menuju perairan Selat Sunda, melalui Pelabuhan Tanjung Priok, pada Rabu (10/4/2019).
Alat deteksi tsunami satu ini merupakan simbol upaya BPPT dalam menerapkan 'Tsunami Early Warning System' atau Sistem Peringatan Dini Tsunami yang terorganisir, handal dan modern.
Penggunaan Buoy tersebut diharapkan bisa menjadi titik awal pemerintah dalam menerapkan sistem penanggulangan bencana berbasis teknologi, sekaligus untuk meminimalisir korban jiwa yang diakibatkan bencana tsunami.
Dalam meluncurkan satu Buoy yang dipasang di GAK, BPPT juga melengkapi dengan Kabel Bawah Laut atau Cable Based Tsunameter (CBT).
Terkait peluncuran Buoy Merah Putih, BPPT yang berada di bawah Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), bersinergi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).