Ia lantas kembali memuji karakter Kiai Ma'ruf Amin yang disebutnya sebagai kader terbaik NU.
Kiai Ma'ruf juga sebelumnya merupakan Rais Aam PBNU.
"Beliau adalah kader terbaik. Rais Aam pertama yang yang dipilih melalu sistem ahwa. Beliau kader terbaik.
Beliau akan membawa kebaikan dan memperbaiki kondisi politik," katanya.
Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) adalah perwakilan semacam tim formatur untuk memilih Rais Aam PBNU.
Hal ini mulai berlaku pada Muktamar PBNU ke 33 yang digelar 1-5 Agustus 2015 di Jombang silam.
Kemenangan Kiai Ma'ruf Amin yang merupakan Cawapres dari Presiden Jokowi tersebut di antaranya karena kemenangan mutlak di Jatim.
"Jatim menerapkan sistem turba (turun ke bawah). Ternyata kita masih memiliki simpanan amunisi," katanya.
Di sisi lain, Kiai Ma'ruf Amin pun menyampaikan tanggapannya atas sapaan tersebut.
Menurutnya, ia belum pantas disapa Wakil Presiden karena baru menang versi hitung cepat lembaga survei.
Oleh karenanya, Kiai Ma'ruf berharap para relawannya untuk turun dan ikut memastikan kemenangan dalam rekapitulasi suara (real count) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Menangnya baru versi quick count. Sehingga, sebenarnya saya belum laik disebut wapres, tapi siap-siap jadi wapres.
Semoga hasilnya tidak berkurang, tapi bertambah dari versi quick count," katanya.
Selain Kiai Miftah, acara ini juga dihadiri Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Marzuki Mustamar; dan segenap pengurus PCNU se-Jatim. (Bobby Constantine Koloway)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Silaturahim di Surabaya, Rais Aam PBNU Sapa Kiai Ma'ruf Amin Sebagai 'Wakil Presiden'